Cerita Korban Dugaan Pelecehan Gofar Hilman: Sempat Takut Disalahkan

Komnas Perempuan sebut speak up butuh keberanian

Jakarta, IDN Times - Perempuan pemilik akun @quweenjojo buka suara terkait kasus pelecehan yang diduga dilakukan oleh pesohor Gofar Hilman. Kepada IDN Times, ia juga menjelaskan alasannya berani buka suara lewat platform media sosial.

Perempuan tersebut mengatakan, sebelum bersuara, sebenarnya sempat ada rasa takut dan khawatir kisahnya akan dihakimi banyak orang. Keinginan untuk mengungkapkan kasus ini sudah lama dia pendam dan sering kali ingin diutarakan.

"Proses aku speak up di media publik sebetulnya tuh sudah dari lama, maju-mundur, dulu masih takut judgement orang dan lain-lain, terlebih itu kan memang event hiburan di mana banyak orang mabuk, masih takut disalahin, dan secara mental aku dulu belum siap," ujarnya, Kamis (17/6/2021).

1. Ada sejumlah faktor pendorong hingga berani bersuara

Cerita Korban Dugaan Pelecehan Gofar Hilman: Sempat Takut DisalahkanIlustrasi media sosial. (IDN Times/Aditya Pratama)

Namun, di satu sisi, ia merasa tidak nyaman dengan pengalaman yang dialami dan terus memendamnya. Dia mengatakan, pada Mei 2020, sempat membahas hal ini di media sosial tanpa menyebutkan nama.

"Nah, Juni kemarin baru berani sebut nama karena beberapa faktor juga," kata dia.

Dia mengatakan ada beberapa faktor yang membuatnya sampai hati mencurahkan kasus ini ke publik. Selain karena dukungan orang terdekat, ia berani menyuarakan kejadian yang dialaminya karena melihat cara ini digunakan korban pelecehan seksual lainnya.

"Beberapa faktor itu pertama memang dari support system, yang alhamdulillah kuat banget dari keluarga, partner, dan temen-temen dan bikin aku secara mental siap. Faktor kedua itu karena ada trigger dari kasus pelecehan seksual yang lain di Twitter," ujarnya.

Baca Juga: Diserang Netizen, Ini Kronologi Lengkap Dugaan Pelecehan Gofar Hilman

2. Bercerita setelah lihat ramai isu pelecehan seksual di media sosial

Cerita Korban Dugaan Pelecehan Gofar Hilman: Sempat Takut DisalahkanIlustrasi Pelecehan (IDN Times/Mardya Shakti)

Beberapa kasus pelecehan seksual yang melintas di timeline-nya menjadi pemacu untuk turut menyuarakan hal yang dialaminya.

"Mulai deh dari trigger itu aku mau untuk menceritakan pengalaman kurang mengenakkanku," kata dia.

Dia memang mengakui baru membawa kasus ini ke lembaga bantuan hukum (LBH) setelah bercerita di media sosial. Setelah kasus ini mencuat, dia kemudian mendapat bantuan untuk dari LBH dan Komnas Perempuan.

"Aku cerita dulu di Twitter baru setelah LBH dan Komnas Perempuan tahu, pihak mereka bantu penyelesaian kasus ini," ujarnya.

3. Alasan pilih media sosial sebagai tempat 'melapor'

Cerita Korban Dugaan Pelecehan Gofar Hilman: Sempat Takut DisalahkanGERAK Perempuan lakukan aksi di Monas untuk memeringati hari International Women’s Day, di halaman Monas, Minggu (8/3) (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Ketika ditanya mengapa lebih memilih media sosial sebagai tempat 'melapor', dia mengatakan belum paham terkait proses pengaduan. Ia juga tak paham lembaga hukum dan sejumlah hal lainnya terkait pelecehan seksual.

"Setelah di-reach out dan dibantu banyak lembaga (LBH) ini baru paham bahwa naungan-naungan untuk korban pelecehan seksual ini sebetulnya banyak dan selalu ready untuk bantu," ujarnya.

Ia mengatakan saat ini masih terus berkonsultasi dengan LBH terkait pengembangan kasus yang dialami.

4. Komnas Perempuan apresiasi karena berani ungkap kasus

Cerita Korban Dugaan Pelecehan Gofar Hilman: Sempat Takut DisalahkanKantor Komnas Perempuan di Jalan Latuharhary, Menteng, Jakarta Pusat. (Google Street View)

Komisi Nasional Antikekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) mengapresiasi sikap korban pelecehan seksual oleh YouTuber Gofar Hilman. Korban telah berani mengungkap kasus pelecehan seksual yang dialaminya.

Untuk mengungkapkan kasus ini, menurut Komnas Perempuan terbilang sulit dan membutuhkan keberanian. Apalagi, korban harus mengingat kembali pengalaman yang traumatis dan berpotensi menghadapi serangan balik dari pengungkapannya.

“Serangan balik yang paling sering adalah justru menyalahkan korban, penyangkalan, bahkan menuntut balik korban,” kata Komisioner Komnas Perempuan Bahrul Fuad lewat keterangan tertulisnya, Jumat (11/6/2021).

5. Gerekan Me Too suarakan korban pelecehan di media sosial

Cerita Korban Dugaan Pelecehan Gofar Hilman: Sempat Takut DisalahkanLogo Twitter (IDN Times/Hana Adi Perdana)

Menyuarakan kasus pelecehan seksual bukan hal yang baru di media sosial. Gerakan melawan kekerasan seksual termasuk pelecehan sempat viral di jagat maya pada akhir 2017. Tanda pagar #Metoo atau gerakan Me too menyebar secara viral pada Oktober 2017.

Melansir dari buku #Metoo Unveiling Abuse karya Megan Borgert-Spaniol, yang diakses secara daring, disebutkan frasa ini dipopulerkan oleh aktris Amerika Alyssa Milano di Twitter pada 2017. Milano kala itu mendorong korban pelecehan untuk berani buka suara.

Baca Juga: Kronologi Gofar Hilman Diduga Lecehkan Seorang Wanita di Ruang Publik

Topik:

  • Jihad Akbar

Berita Terkini Lainnya