Mahfud Tak Mau Serang Pribadi di Debat: Itu Kekanak-kanakan

Jakarta, IDN Times - Calon Wakil Presiden Nomor Urut 3, Mahfud MD, mengaku enggan menggunakan strategi menyerang pribadi lawan dalam debat ronde keempat yang bakal digelar pada 21 Januari 2024. Menurutnya, strategi macam itu kekanak-kanakan.
Pernyataan ini dilontarkan untuk merespons komentar Presiden Joko "Jokowi" Widodo dalam debat ronde ketiga yang dianggap kurang edukatif karena didominasi saling debat antar paslon. Sedangkan, visi dan misi kurang terdengar oleh publik secara optimal.
"Saya tidak punya rencana saling serang personal. Itu untuk apa? Menurut saya kekanak-kanakan. Saya juga tidak perlu mempersiapkan diri juga. Kan kayak gitu (debat) tidak bisa dipersiapkan diri kan? Karena itu wawasan yang melekat," ujar Mahfud di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat pada Selasa (9/1/2024).
Menurutnya, tak selalu pertanyaan di debat bakal sesuai dengan materi yang sudah disiapkan dan dilatih. Sehingga, dia menyiapkan pengetahuan sebanyak mungkin dengan membaca koran dan mendengarkan masukan dari sejumlah teman.
"Kalau ditanya ada persiapan khusus dalam debat, ya tidak," tutur dia.
1. Mahfud bela Ganjar di sesi debat tak bocorkan rahasia negara

Mahfud juga membela Ganjar yang ikut dianggap minta agar membocorkan rahasia negara berupa anggaran pertahanan. Menurut Mahfud, tak ada rahasia negara yang dibocorkan dalam pernyataannya di sesi debat.
"Kan justru Beliau minta agar ada keterbukaan anggaran. Yang dikategorikan sebagai rahasia negara itu misalnya temuan, rencana intelijen, rencana penyerangan, rahasia tentang tempat-tempat vital. Itu namanya rahasia negara. Kalau muncul pertanyaan gimana kok anggaran (Kemhan) digunakan untuk beli alutsista bekas? Ya, itu bukan rahasia," ujar Mahfud.
Justru, kata Mahfud, Ganjar berharap Prabowo Subianto menjelaskan saja apakah ada anggaran negara yang digunakan untuk membeli alutsista bekas atau tidak.
"Biar publik tahu. Menurut sata tidak ada rahasia negara yang diminta untuk dibocorkan (di debat) kemarin," tutur mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu.
Dia justru bertanya balik rahasia negara apa yang sudah diminta oleh Ganjar untuk dibocorkan. Menurutnya, tidak ada rahasia sama sekali yang diminta untuk dibuka.
"Anggaran itu menjadi publikasi, milik publik dan sudah menjadi berita. Jadi, tidak ada (rahasia negara yang dibocorkan)," kata dia lagi.
2. Ganjar sentil Prabowo yang membeli alutsista bekas

Dalam debat ketiga capres pada Minggu (7/1/2024), Ganjar turut menyentil Prabowo yang menggunakan anggaran untuk membeli alutsista bekas. Menurutnya, pembelian alutsista bekas dapat membahayakan keselamatan prajurit TNI.
"Saya tidak rela dengan ide Bapak untuk membeli pesawat bekas. Kalau dia harus dilatih tiga tahun dan pesawatnya bekas, dengan risiko yang sangat tinggi, itu tentu sangat berbahaya," ujar Ganjar.
Menurut dia, permasalahan pembelian alutsista bekas bisa diselesaikan bila anggaran Kementerian Pertahanan naik satu hingga dua persen dari PDB (Pendapatan Domestik Bruto). Sebab, dengan besaran anggaran itu, perencanaan pembelian alutsista menjadi lebih baik.
Kemudian, dia juga menyentil kerja sama pembelian kapal selam PT PAL dan Korea Selatan yang dibatalkan Prabowo. Menurut dia, keputusan itu merugikan PT PAL.
"PT PAL sudah mendapatkan utang, tapi tidak bisa melakukan perencanaan itu," kata dia.
3. Prabowo sebut alutsista fokus ke usia penggunaan

Menurut Prabowo, pertimbangannya dalam membeli alutsista bukan semata-mata karena faktor bekas atau lebih murah. Prabowo mengatakan alutsista dinilai dari masa atau usia pakai (slying dan sailing hours). Dalam penjelasannya, usia dari alutsista sekitar 25-30 tahun, baik pesawat hingga kapal perang.
"Jadi, bukan soal bekas dan tidak bekas, tapi usia pakai kemudaan," kata Prabowo.
Dia mencontohkan pesawat Mirage 2000-5 dari Qatar yang hendak dibeli Kementerian Pertahanan. Usia pakai pesawat tersebut baru 15 tahun.
"Pesawat Mirage 2000-5 yang ada di Qatar, yang rencananya kami ingin akuisisi, itu usia pakainya masih 15 tahun," tutur dia.
Prabowo menyatakan pesawat tersebut memiliki teknologi lebih canggih. Menurut dia, pesawat tersebut ingin dibeli untuk memenuhi kebutuhan.
"Teknologi ini mengarah kepada yang lebih canggih. Kami menunjukkan yang canggih, terbaru. Tapi, kalau kita beli baru, datangnya, Pak, baru tiga tahun dan operasionalnya baru tujuh tahun. Sementara tiga sampai tujuh tahun ini, kita butuh deterrence (pencegahan), kita butuh kemampuan," ujarnya.