Mario Dandy Aniaya David, Alissa Wahid: karena Merasa Jemawa

Jakarta, IDN Times - Psikolog yang juga Ketua PBNU, Alissa Wahid menyoroti peristiwa penganiayaan secara brutal yang dilakukan Mario Dandy Satrio terhadap Cristalino David Ozora.
Kemungkinan besar menurut Alissa Wahid, Mario melakukan perbuatannya karena diselimuti perasaan jemawa yang begitu besar. Anak pejabat pajak itu diduga merasa akan mendapatkan bekingan yang kuat.
Hal itu terlihat dari cara Mario Dandy Satrio yang mengatakan tidak takut bahkan mempersilakan korban melapor ke polisi.
Kendati demikian, sebagai seorang psikolog, Alissa Wahid belum bisa menyimpulkan langsung hal tersebut. Sebab ia tidak mendampingi langsung Mario Dandy. Ia juga masih berpegang teguh terhadap kode etik psikolog.
“Kemungkinan besar karena saya tidak menangani langsung dengan orangnya karena kan psikolog kan harus hati-hati untuk menyimpulkan,” kata dia kepada IDN Times, saat dihubungi, Senin (27/2/2023) malam.
1. Sikap jemawa bisa dilihat dari gaya hidup Mario

Tetapi kata dia, kalau dilihat dari sejumlah unggahan Mario Dandy Satrio di media sosialnya ada kesan bahwa rasa jemawa itu masih besar. Sekilas menurut dia hal tersebut dapat dianalisis.
“Tapi saya terikat kode etik jadi belum bisa mengkonfirmasi karena tidak mendampingi (Mario Dandy) langsung,” ujar dia.
2. Kekerasan di kalangan remaja tidak memandang status orang tua

Menurut dia, kasus kekerasan yang terjadi kalangan remaja tidak memandang status orang tua. Dia mengatakan banyak tindakan kekerasan yang juga dilakukan anak-anak dan remaja yang berasal dari kalangan keluarga kurang mampu.
Alissa mencontohkan, salah satunya adalah kasus pemerkosaan terhadap anak SMP yang dilakukan oleh keempat temannya, yang terjadi di Bone, Sulawesi Selatan beberapa hari terakhir ini.
“Tapi bahwa anak pejabat yang kemudian punya masalah (sebetulnya) secara proporsi sama saja tapi bumbu jemawa yang mungkin agak berbeda,” jelas dia.
Kendati demikian, menurut dia remaja yang berasal dari kalangan keluarga mapan atau pejabat lebih merasa punya bekingan yang kuat. Mereka juga merasa bahwa apa yang dilakukan pada akhirnya akan selesai di bawah meja.
Mereka lebih tidak takut sehingga kesannya menjadi jemawa karena kemungkinan besar sudah tahu apa yang mereka lakukan bisa diselesaikan.
“Kita harus mengakui bahwa Indonesia itu sekarang sedang mengalami krisis kepercayaan kepada sistem. Salah satunya karena tahu semuanya bisa diatur,” tutur dia.
3. Pesan Alissa Wahid ke orang tua berkaca dari kasus Mario Dandy

Karena itu, Alissa berpesan kepada para orang tua untuk tidak memudahkan hidup anak-anak mereka.
Sebab, nantinya anak akan cenderung merasa bahwa segala sesuatu bisa diselesaikan oleh orang tua. Mereka juga gampang merasa dilindungi orang tua. Menurut dia anak juga harus diajarkan untuk bertanggung jawab.
“Kedua, jangan memudahkan hidup anak. Karena ketika memudahkan hidup anak akan menyusahkan anak ketika menjadi dewasa. Jadi merasa apa-apa merasa bisa diselesaikan orang tua, dilindungi orang tua, anak harus bisa belajar tanggung jawab,” katanya.