Mendikdasmen: Kurang Ruang Curhat Pemicu Tingginya Kekerasan Anak

- Forum penting untuk membangun gerakan berbasis pendidikan
- Pendidikan berbasis deep learning untuk membentuk generasi yang beriman dan bertakwa
- Dorong generasi muda untuk beraktivitas sosial dengan bermasyarakat dan bergaul dengan latar budaya dan agama yang berbeda
Jakarta, IDN Times – Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti menyoroti maraknya kasus kekerasan yang masih terjadi di lingkungan pendidikan dan rumah. Ia menilai persoalan ini bukan semata soal disiplin, tetapi juga cerminan dari rendahnya kemampuan orang dewasa dalam mendengar dan menghargai anak.
Menurut Mu’ti, sebagian besar kekerasan muncul karena kurangnya kesabaran dalam memahami perasaan dan kebutuhan anak, serta minimnya sikap terbuka untuk mengapresiasi anak.
"Sebenarnya memerlukan ruang untuk mereka bisa berbicara, memerlukan ruang untuk bisa mereka curhat dan berbagai kesempatan untuk mereka mengeksplorasi diri, dan menyampaikan berbagai gagasan dan mengembangkan bakat, dan minatnya," ucap Mu'ti dalam knferensi internasional literasi keagamaan lintas budaya, disiarkan YouTube Kemendikdasmen, Rabu (12/11/2025).
1. Bangun gerakan tidak hanya teoritik

Menurut Mu'ti, forum ini penting agar tidak hanya mengkaji berbagai hal secara teoritik, tapi bersama-sama membangun sebuah gerakan yang berbasis pendidikan, baik di sekolah, keluarga, maupun masyarakat.
"Agar suasana kehidupan di masyarakat itu semakin tercipta dalam suasana kerumpunan dan harmoni, di mana semua kita saling menghormati, saling menerima, dan saling bekerja sama dengan yang lainnya," ucapnya.
2. Pendidikan berbasis deep learning

Mu'ti mengatakan Kemendikdasmen juga akan memperbaiki pendekatan pembelajaran dengan secara mendalam atau deep learning, yang bertujuan untuk membentuk generasi yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
"Tapi pada saat yang lainnya mereka juga menjadi generasi yang menjadi warga bangsa yang baik, menjadi warga dunia yang baik dan mereka juga menjadi generasi yang siap berkolaborasi dengan siapapun, di mana mereka berada serta memiliki tanggung jawab dan jiwa sosial yang tinggi, untuk menciptakan kehidupan yang damai," katanya.
3. Dorong generasi muda untuk beraktivitas sosial

Mu'ti mengatakan forum literasi keagamaan lintas budaya yang sangat sejalan dengan tujuh kebiasaan anak Indonesia hebat, yang menjadi program Kemendikdasmen yakni, bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan sehat bergizi, gemar belajar, bermasyarakat, dan tidur tepat waktu.
"Kami ingin mendorong agar generasi muda ini lebih banyak memiliki aktivitas-aktivitas sosial dengan berolahraga dan aktivitas sosial dengan mereka bermasyarakat. Kami mendorong agar mereka lebih banyak bergaul dengan mereka yang berbeda, bergaul dengan mereka yang memiliki latar budaya dan agama yang berbeda," katanya.



















