Pemilik Hotel di Makkah Puji Sistem Layanan Haji Indonesia

Jakarta, IDN Times - Memasuki masa haji, Dr. Naif Alaboud mengatakan, dibandingkan dengan jemaah haji dari negara-negara lain, perhatian dan pengurusan pemerintah Indonesia kepada jemaah hajinya lebih baik, jelas, dan profesional.
“Jemaah diperhatikan dan diurus dengan baik dalam hal pemondokan, transportasi, dan konsumsi. Pemerintah Indonesia memeriksa semuanya dan rapi,” kata Dr. Naif Alaboud di Makkah, Minggu 19 Juni 2022 lalu saat penyambutan jemaah di Hotel Sulton.
Naif adalah seorang insinyur, pengajar konstruksi manajemen di Universitas Ummul Quro, Madinah, dan putera dari pemilik Hotel Sulton di kawasan Shisa, Makkah. Hotel ini menjadi salah satu pemondokan jemaah haji Indonesia di Makkah.
1. Pemerintah Indonesia punya proses yang jelas dan profesional untuk jemaah haji

Naif menyebut, pemerintah Indonesia memiliki proses yang jelas, tim profesional, dan semua seksi (transportasi, pemondokan, kesehatan, konsumsi, dan lainnya) ditangani secara profesional untuk jemaah haji.
“Mereka mengecek dan mengecek kembali persiapan sebelum jemaah tiba di Makkah,” kata Naif.
“Saya selama 15 tahun aktif pelayanan haji dari berbagai negara. Selama 10-12 tahun terakhir bekerja sama melayani jemaah haji Indonesia,” kata dia, melanjutkan.
2. Jemaah haji Indonesia suka menolong dan murah senyum

Naif juga mengapresiasi perilaku jemaah Indonesia, menurutnya jemaah haji Indonesia istimewa. “Sesuai pengalaman menjamu jemaah dari berbagai negara, keistimewaan jemaah Indonesia adalah jemaah yang baik baik, fokus, terdidik, suka membantu."
"Jemaah dari negara lain memiliki budaya dan perilaku berbeda-beda. Jemaah Indonesia terbuka, baik, tahu tanggung jawabnya. Sebagian jemaah mungkin berasal dari pelosok, tapi mereka baik, sabar, suka menolong, baik orang itu berpendidikan tinggi atau tidak, dan murah senyum,” kata Naif, menambahkan.
3. Dua tahun tak melihat jemaah, merupakan masa suram bagi Naif

Selama dua tahun tidak ada jemaah, khususnya dari Indonesia karena pandemik, bagi Naif adalah masa yang aneh karena tahun berlalu dan ia tidak melihat jemaah dari luar negeri.
“Ini kenangan yang sedih. Melayani jemaah haji sebagai tamu Allah adalah sesuatu yang diberi pahala Allah. Kami membantu jemaah dengan apa pun yang dapat kami lakukan. Kami semua berharap tidak akan menghadapi masa suram seperti itu lagi,” kata Naif.