Pengamat: Capres Muda Bermunculan Jika Ambang Batas Presiden Direvisi

Jakarta, IDN Times - Pengamat Politik Ujang Komaruddin mengatakan, sejumlah tokoh muda memiliki peluang maju dalam pemilihan presiden 2024, jika presidential threshold atau ambang batas presiden dalam Undang-Undang Pemilu direvisi.
Ujang mengatakan ambang batas presiden 20 persen yang ada sekarang ini, menyulitkan bagi para kandidat untuk berkompetisi jika tidak diusung partai-partai besar.
1. Tokoh muda punya peluang jika ambang batas presiden 10-15 persen

Sejumlah lembaga survei seperti Voxpopuli Research Center dan New Indonesia Research and Consulting baru-baru ini merilis hasil survei elektabilitas tokoh muda seperti Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Hasil survei tersebut, ketiga kepala daerah itu mulai membayangi elektabilitas Prabowo Subianto pada Pilpres 2024, karena mereka disebut-sebut sukses menangani pandemik COVID-19 di daerahnya masing-masing.
“Kalau 20 persen hanya ada beberapa tokoh yang muncul, tapi kalau direvisi hingga 15 persen atau 10, itu akan bermunculan mereka-mereka. Jadi lihat dari itu dulu undang-undangnya,” kata Ujang saat dihubungi IDN Times, Jumat (3/7/2020).
2. Tokoh muda harus terus membuat momentum untuk mempertahankan elektabilitasnya

Kedua, menurut Ujang, tokoh muda tersebut juga harus menjaga eksistensi mereka agar terus mendapat perhatian dan simpati dari publik, sebagai cara untuk mempertahankan elektabilitas serta popularitas mereka.
“Karena politisi itu memiliki momentum untuk menaikan elektabilitas. Nah, momentum COVID-19 ini kan itu. Ke depan apakah ada momentum lain, kalau pun tidak ada momentum, biasanya dia bikin panggung sendiri untuk mengerek popularitas dan elektabilitas,” kata dia.
3. Capres 2024 datang dari sejumlah kalangan

Tak hanya kepala daerah, Direktur Eksekutif Indonesia Political Review itu juga membagi calon presiden dalam beberapa klaster. Pertama, dari kalangan menteri, kedua ketua umum partai, dan ketiga pengusaha.
“Ada satu lagi klaster ulama, tapi paling posisinya cawapres. Dulu kayak zamannya Megawati dukung Hasyim Muzadi, kemaren (Pilpres 2019) Ma’ruf Amin. Ada potensi lah klaster ulama itu,” tutur dia.