Penolakan 'Full Day School': dari Netizen Sampai Kepala Daerah

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang baru Muhadjir Effendy membuat sebuah 'kontroversi' setelah mewacanakan Full Day School (FDS). FDS sendiri direncanakan membuat para siswa memiliki waktu yang lebih panjang di sekolah. Masuk jam tujuh pagi, para siswa diharuskan pulang pukul 17.00. Wacana tersebut pun langsung menarik perhatian masyarakat.
Tidak berhenti di situ, netizen pun mulai menunjukkan ketidaksetujuan terhadap wacana FDS. Para netizen punya alasan yang beragam, tapi punya satu kesamaan, FDS akan menyusahkan para siswa. Jagat Twitter pun bergemuruh dengan kicauan terkait FDS.
"Hak anak-anak bermain dilupakan."

Netizen pun geram, akun @shandya menyinggung FDS dengan mengatakan kalau program tersebut tidak jauh beda dengan memasukkan siswa ke penjara.
Instead of full-day school what if we send the kids to the *actual* prison instead?
— Shandy Ardiansyah (@shandya) August 8, 2016
Ada juga yang menganggap sekolah tidak lagi efektif. Justru bimbingan belajar (bimbel) atau les yang lebih memberikan efek.
Percuma full day school, anak jaman sekarang dapet ilmunya di bimbel bukan di sekolah. Mending dipersingkat biar bisa bimbel lebih lama.
— Ahmad Deza (@ahmad_deza) August 8, 2016
Hak anak-anak pun dianggap telah dilupakan oleh Menteri Muhadjir.
Beliau juga lupa kalau bermain adalah hak asasi anak anak. Bukan dipaksa seharian di sekolah dgn penerapan full day school.
— Perhatikan,Renny! (@RennyFernandez) August 8, 2016
Tidak berhenti di kicauan dunia maya, salah satu netizen yang diduga orangtua murid, Deddy Mahyarto Kresnoputro membuat sebuah petisi online untuk mengajak masyarakat menolak FDS.

Sampai berita ini dibuat, Rabu (10/8), lebih dari 34.000 orang telah menandatangani petisi yang dibuat Senin (8/8). Tidak cuma netizen, tapi juga para kepala daerah pun 'mengernyitkan dahi' terkait program dari mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang tersebut.
"Harusnya siswa dibuat nyaman saat menuju sekolah."

Penolakan pun berdatangan dari kepala daerah. Salah satunya dari Wali Kota Pontianak, Sutarmidji. Seperti dilansir dari kompas.com, Sutarmidji mengaku kalau dirinya menolak FDS. Menurutnya, harusnya Menteri Muhadjir tidak membuat program yang 'aneh-aneh'. Sutarmidji menjelaskan, harusnya menteri baru membereskan dulu kekurangan dari kepemimpinan sebelumnya.
Kemudian, menurutnya yang perlu diperbaiki adalah sekolah sendiri. Mulai dari infrastruktur sampai lingkungan. Sutarmidji ingin para siswa nyaman dan senang, bahkan antusias saat menuju sekolah. Jadi sekolah tidak lagi jadi lokasi yang duduk-belajar-pulang saja, tapi nyaman bagi para siswa.
Bukan hanya Sutarmidji, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi pun menyebutkan perlunya fasilitas yang diperbaiki terlebih dahulu. Namun, Dedi juga menekankan pada pelajaran yang terus 'dicekoki' dalam diri siswa. Menurutnya, para siswa bisa tertekan bahkan stres kalau disuruh mengikuti pelajaran sampai sore hari.
Penolakan juga disampaikan oleh Wakil Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat, seperti dikutip dari Metrotvnews.com, mengaku tidak sepakat dengan program FDS. Konsep tersebut dianggap tidak sesuai untuk diterapkan di Indonesia. Bahkan, Djarot mengaku akan bertemu dengan Menteri Muhadjir untuk membahas hal ini.
Nah, kamu sendiri apakah setuju dengan program Full Day School?