Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Perangi Buzzer, PAN Ajak Masyarakat Hadirkan Politik Gagasan

Ilustrasi Provokator (IDN Times/Mardya Shakti)

Jakarta, IDN Times - Politikus Partai Amanat Nasional (PAN), Rizki Sadig mengajak seluruh elemen masyarakat memerangi buzzer jelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 mendatang.

Anggota Komisi I DPR RI ini menilai buzzer sebagai pihak pemecah belah, akan cenderung merusak kualitas demokrasi. 

Oleh sebab itu, kata dia, PAN mengajak masyarakat memulai tradisi baru yakni dengan politik gagasan.

1. PAN ajak komitmen hadirkan politik gagasan

Ilustrasi Pemilu (IDN Times/Mardya Shakti)

Rizki yakin nantinya akan tercipta budaya baru di mana berpolitik tanpa harus menjatuhkan satu sama lain. Oleh sebab itu, dia mengajak masyarakat untuk memerangi buzzer dan mencegah terjadinya perpecahan.

“Kami di PAN menawarkan ayo kita hadirkan politik ide dan gagasan. Bukan politik yang saling menjatuhkan,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat (10/6/2022).

2. Lawan politik identitas, cebong dan kadrun

Ilustrasi bendera partai politik (ANTARA FOTO/Ampelsa)

Pria yang juga menjabat sebagai Ketua DPW PAN Jawa Timur ini menilai, kompetisi pemilu 2024 harus menggunakan adu ide dan gagasan, bukan perpecahan.

Apalagi di media sosial marak dengan stigma politik identitas. Salah satunya, soal polemik cebong dan kadrun.

“Faktanya di media sosial tidak ada adu ide dan gagasan. Tidak ada debat substantif. Yang ada adalah stigma Cebong-Kadrun yang tidak selesai-selesai. Berbeda pendapat sedikit langsung dicap Cebong atau Kadrun. Tak ada ruang untuk adu ide dan gagasan,” ucap dia.

3. Media sosial ruang terbaik untuk adu gagasan

Ilustrasi media sosial (Pexels/Tobias Dziuba)

PAN meyakini sebenarnya media sosial merupakan ruang terbaik untuk adu ide dan gagasan karena siapapun bisa terlibat, termasuk politisi dan bahkan para kepala daerah.

Sebaliknya dia juga mengingatkan soal keberadaan buzzer yang harus segera diperangi.

“Tapi kalau tokoh-tokoh yang ingin mendapatkan keuntungan elektoral ini lebih suka menggunakan buzzer, maka media sosial kita akan terus keruh dengan buzzer,” tutup Rizki.

Sebagaimana diketahui, Litbang Kompas merilis hasil survei polarisasi atau pembelahan imbas pilpres 2019 yang masih terjadi sampai sekarang. Hasilnya 36,3 responden menilai pihak yang makin membuat runcing polarisasi adalah buzzer.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yosafat Diva Bayu Wisesa
EditorYosafat Diva Bayu Wisesa
Follow Us