Benarkah Ketergantungan Pada Suami, Membuat Perempuan Rentan Jadi Radikal?

Jakarta, IDN Times – Direktur Wahid Foundation Yenny Wahid mengatakan ada faktor independensi atau kebergantungan seorang perempuan yang membuat mereka menjadi radikal. Yenny mengatakan hal itu dalam sebuah dikusi diskusi di kantor Wahid Foundation, Jakarta, Selasa (15/5).
“Ada juga faktor loyalitas dan kepatuhan kepada suami,” kata Yenny.
1. Perempuan yang tidak independen mudah menjadi radikal

Dalam riset yang berjudul “Intoleransi dan Radikalisme di Kalangan Perempuan. Riset 5 Wilayah Bogor, Depok, Solo Raya, Malang dan Sumenep” itu disebutkan adanya relasi personal suami-istri.
“Hasil survei kami memperlihatkan perempuan yang tidak independen dan dalam pengambilan keputusan sangat bergantung pada suami rentan jadi radikal, lebih mudah teradikalisasi,” kata Yenny.
2. Adanya kepercayaan istri harus patuh pada suami

Dalam riset itu dikatakan adanya kepercayaan pada kelompok mereka yang menganggap suami sebagai pemimpin dan perempuan sebagai pihak yang harus patuh apa yang dikatakan suaminya.
“Istri gak boleh bantah karena takut sama suami. Kalau suaminya seperti pak Dita (Dita Oepriarto, pelaku bom 3 gereja di Surabaya) bisa bahaya,” ucap Yenny.
“Istri gak mau membantah karena dia patuh pada suami. Independensi perempuan itu penting,” imbuhnya.
3. Tidak semua radikalisasi karena perempuan patuh pada suami

Namun perlu dicatat, riset ini juga mengatakan tidak semua kasus radikalisasi perempuan karena mengikuti suami.
“Walaupun perlu dicatat bahwa misalnya seorang istri sudah radikal tanpa pengaruh suami seperti dalam kasus BB maupun BC di Bogor, dan SA di Solo,” tulis riset itu.