Potensi Wakaf Uang Rp180 Triliun, BWI Ajak Siswa hingga ASN Berwakaf

- Potensi wakaf uang di Indonesia mencapai Rp180 triliun per tahun
- BWI menggagas gerakan Indonesia berwakaf sebagai prioritas utama dengan melibatkan berbagai kalangan masyarakat
Jakarta, IDN Times - Ketua Badan Pelaksana Badan Wakaf Indonesia (BWI), Kamaruddin Amin, menyampaikan potensi wakaf di Indonesia saat ini sangat besar, terutama dari wakaf uang. Menurut Kamaruddin, potensi wakaf uang mencapai Rp180 triliun per tahun.
Kamaruddin mengatakan, BWI sedang menggagas gerakan Indonesia berwakaf sebagai salah satu prioritas utama.
“Saat ini, potensi wakaf uang sangat besar. BWI sedang mempersiapkan gerakan Indonesia berwakaf yang nantinya akan kami luncurkan dan diharapkan diluncurkan oleh Presiden. Jika kita bisa mengkapitalisasi 10 persen saja dari potensi tersebut, kita sudah bisa mendapatkan Rp18 triliun per tahun," ujar Kamaruddin kepada jurnalis di Jakarta, Jumat (11/10/2024).
"Jumlah ini sangat luar biasa dan bisa digunakan untuk mengentaskan kemiskinan, meningkatkan kesejahteraan, bahkan menjadi salah satu instrumen ekonomi yang sangat kuat,” lanjut dia.
1. Ajak semua kalangan berwakaf

Kamaruddin menekankan salah satu strategi untuk memaksimalkan potensi wakaf uang adalah dengan melibatkan berbagai kalangan masyarakat. Termasuk calon pengantin, siswa-siswi madrasah, mahasiswa, hingga aparatur sipil negara (ASN).
Menurutnya, jika setiap siswa madrasah berpartisipasi dalam gerakan ini, maka potensi wakaf uang yang terkumpul akan sangat signifikan.
“Siswa-siswi madrasah dulu waktu saya Dirjen Pendidikan berjumlah sekitar Rp11 juta dan sekarang saya yakin jumlahnya mencapai Rp13-14 juta. Jika setiap siswa bisa berwakaf hanya Rp20 ribu sekali dalam setahun, jumlah yang terkumpul akan sangat besar. Ini juga berlaku untuk mahasiswa. Jadi kita ajak semua, dari calon pengantin hingga siswa-siswi untuk ikut serta dalam gerakan wakaf ini,” ucap Kamaruddin.
Selain itu, Kementerian Agama (Kemenag) juga sedang merancang surat edaran untuk mengajak para ASN di Kemenag berwakaf. Kamaruddin menyebutkan, dengan jumlah ASN Kemenag yang sekitar 300 ribu orang, potensi wakaf yang bisa terkumpul setiap tahunnya akan sangat besar meskipun hanya dilakukan sekali setahun.
“Jika setiap ASN di Kemenag berwakaf sekali saja dalam setahun, dampaknya akan luar biasa. Dengan jumlah ASN di Kemenag yang sekitar 300 ribu orang, kita bisa mengumpulkan dana wakaf yang besar untuk kepentingan umat,” kata dia.
2. Ada 450 ribu titik potensi wakaf

Kamaruddin mencatat, saat ini ada lebih dari 450 ribu titik wakaf di seluruh Indonesia. Sebagian besar di antaranya berupa aset wakaf untuk masjid dan madrasah.
Namun, sekitar 9 persen dari aset wakaf untuk diproduktifkan, misalnya melalui usaha kecil menengah, peternakan, atau perkebunan yang bisa dikelola secara produktif.
“Banyak yang beranggapan bahwa wakaf masjid tidak produktif, padahal sebenarnya sangat produktif. Sebagian besar lembaga pendidikan kita, seperti madrasah, juga menggunakan aset wakaf. Tanpa wakaf, lembaga-lembaga pendidikan kita mungkin sudah kolaps. Bahkan, ada sekitar 1.100 Kantor Urusan Agama (KUA) yang berdiri di atas tanah wakaf,” ujar dia.
3. Tantangan BWI

Dalam kesempatan itu, Kamaruddin menyampaikan sejumlah tantangan terbesar yang dihadapi BWI. Tantangan itu adalah bagaimana merawat, menjaga, dan mempertahankan aset wakaf agar tetap produktif.
Tantangan ini, kata dia, memerlukan perhatian lebih agar aset-aset wakaf yang sudah ada bisa dikelola dengan baik dan memberikan manfaat yang lebih besar.
“Kami di BWI menghadapi tantangan besar untuk memastikan bahwa aset wakaf bisa tetap produktif. Tanah wakaf yang berpotensi produktif ini harus dikelola dengan baik dan tantangan ini sedang kami hadapi bersama. Sudah ada beberapa inisiatif, seperti pengembangan peternakan, perkebunan, serta usaha kecil menengah, baik yang dikembangkan oleh BWI maupun Kemenag,” ucap dia.
Dengan gerakan Indonesia berwakaf, BWI berharap dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam wakaf uang, serta memanfaatkan aset wakaf yang ada untuk mendukung program-program pemberdayaan ekonomi umat dan kesejahteraan sosial secara lebih luas.
Kamaruddin optimistis bahwa dengan kerja sama berbagai pihak, potensi wakaf di Indonesia bisa dioptimalkan untuk kemajuan bangsa.