Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

PPIH: Sistem Baru Syarikah Saudi Bisa Pisahkan Jemaah dari Keluarganya

Suasana di Masjidil Haram, Mekkah, Arab Saudi saat Musim Haji, Minggu (11/5/2025). (Media Center Haji/Rochmanudin)
Suasana di Masjidil Haram, Mekkah, Arab Saudi saat Musim Haji, Minggu (11/5/2025). (Media Center Haji/Rochmanudin)
Intinya sih...
  • PPIH Arab Saudi mengungkap sistem pelayanan berbasis syarikah dapat menyebabkan pemisahan jemaah, bahkan dari keluarganya.
  • Pemisahan terutama terjadi saat keberangkatan dari Madinah ke Makkah pada gelombang pertama, namun PPIH akan berupaya membuat jemaah tetap nyaman.
  • Sistem baru mewajibkan jemaah dikelompokkan berdasarkan perusahaan penyedia layanan, bukan lagi berdasarkan kloter yang dibentuk di Indonesia.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, Muchlis M Hanafi, mengungkap sistem pelayanan berbasis syarikah yang diberlakukan Pemerintah Arab Saudi, bisa menyebabkan jemaah satu kloter bisa terpisah. Bahkan, jemaah bisa terpisah dengan keluarganya.

"Yang dikhawatirkan adalah ketika yang terpisah itu adalah suami dengan istri, atau anak dengan orang tua. Ini sudah kita analisis sejak awal dan disampaikan ke Kementerian Haji dan para syarikah pada rapat 7 Mei lalu,” kata Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, Muchlis M Hanafi, dalam keterangan resmi, di Makkah, Minggu (11/5/2025) malam WAS.

1. Pemerintah akan upayakan jemaah dengan keluarganya

Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, Muchlis M Hanafi (tengah), dalam keterangan person haji, di Makkah, Minggu (11/5/2025) malam WAS. (Media Center Haji/Rochmanudin)
Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, Muchlis M Hanafi (tengah), dalam keterangan person haji, di Makkah, Minggu (11/5/2025) malam WAS. (Media Center Haji/Rochmanudin)

Muchlis pemisahan itu bisa terjadi, terutama saat keberangkatan dari Madinah ke Makkah pada gelombang pertama. Dia menegaskan, pihaknya akan berupaya membuat jemaah tetap nyaman saat beribadah.

“Kalau yang terpisah itu suami dengan istri, akan diupayakan untuk kembali digabungkan saat di Mekkah, termasuk lansia dengan pendampingnya,” kata dia.

2. Syarikah sebabkan jemaah terpisah dari keluarganya

(Media Center Haji)
(Media Center Haji)

Pemisahan ini, kata Muchlis, terjadi karena sistem baru mewajibkan jemaah dikelompokkan berdasarkan perusahaan penyedia layanan atau syarikah bukan lagi semata-mata berdasarkan kloter yang dibentuk di Indonesia.

Akibatnya, kata Muchlis, jemaah dalam satu keluarga bisa ditempatkan di hotel berbeda, bahkan diangkut bus berbeda.

Berdasar komunikasi PPIH dengan syarikah, kata Muchlis, terjadi kesepakatan untuk memberikan kelonggaran bagi jemaah yang terpisah dari keluarga.

“Syarikah kini sudah semacam berkoalisi, dan mereka memahami dampaknya. Kita juga bangun komunikasi agar jemaah tetap merasa nyaman,” ujar Muchlis.

Muchlis menyebut, faktor kemanusiaan menjadi pertimbangan utama, terutama bagi jemaah lanjut usia atau mereka yang membutuhkan pendamping.

“Itu sangat diperhatikan,” imbuhnya.

3. Arab Saudi terapkan sistem muasasah atau syarikat perdana mulai haji tahun ini

Suasana jemaah calon haji saat melakukan tawaf, Minggu (11/5/2025). (Media Center Haji/Rochmanudin)
Suasana jemaah calon haji saat melakukan tawaf, Minggu (11/5/2025). (Media Center Haji/Rochmanudin)

Arab Saudi menerapkan sistem muasasah atau syarikah mulai haji 2025, di mana jemaah dari seluruh dunia dilayani perusahaan Saudi, yang bertanggung jawab penuh atas akomodasi, konsumsi, transportasi, hingga bimbingan ibadah. Negara pengirim jemaah, termasuk Indonesia, hanya berfungsi sebagai fasilitator dan pengawas layanan.

Sistem ini membuat proses penempatan jemaah tidak lagi sepenuhnya dalam kendali Indonesia, sehingga perlu penyesuaian di lapangan, termasuk dalam pembentukan kloter yang selama ini berbasis wilayah dan keluarga.

4. Jemaah terpisah dari keluarganya

Saechon Fatkhur Rochman asal Kloter 1 Surabaya, 57 tahun, yang terpisah dari ibunya, Sukartin Tamyis, 74 Tahun, karena nusuknya belum keluar. (Media Center Haji/Rochmanudin).
Saechon Fatkhur Rochman asal Kloter 1 Surabaya, 57 tahun, yang terpisah dari ibunya, Sukartin Tamyis, 74 Tahun, karena nusuknya belum keluar. (Media Center Haji/Rochmanudin).

Dari pantauan di Kantor Urusan Haji (KUH) di Arab Saudi, beberapa jemaah terkendala kartu nusuk mereka yang belum keluar dari syarikah. Sehingga ada beberapa jemaah terpisah dari keluarganya seperti suami, istri, atau anaknya.

Kartu nusuk seperti layaknya visa sebagai akses menuju tanah Haram dan untuk mendapat pelayanan akomodasi, transportasi, hingga konsumsi, terutama saat puncak haji di Arafah, Muzdalifah, Mina (Armuzna).

Sebagaimana diketahui, dalam sistem syarikah, jemaah dalam satu kloter yang sama bisa berbeda syarikah. Syarikah mengklasifikasikan jemaah berdasarkan syarikah, bukan kloter. Sehingga keluarga yang tergabung dalam satu kloter bisa terpisah dari keluarganya. Mereka bisa menginap di hotel berbeda jika syarikahnya berbeda. 

Sementara, Salah seorang jemaah calon haji bernama Saechon Fatkhur Rochman asal Kloter 1 Surabaya, 57 tahun, terpisah dari ibunya, Sukartin Tamyis, 74 tahun, karena nusuknya belum keluar.

"Saya beda syarikah, jadi nusuknya belum turun," ujar dia saat ditemui di Kantor Urusan Haji Arab Saudi, Senin (12/5/2025).

Saechon berharqp kartu nusuknya segera keluar, sebelum ia berangkat ke Mekkah. Kendati, dia bersyukur dokumen sang ibu tidak mengalami masalah seperti yang ia alami ini.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rochmanudin Wijaya
EditorRochmanudin Wijaya
Follow Us