Pramono: Siapapun yang Masuk Jakarta Harus Pakai Transportasi Umum

- Gubernur DKI Jakarta berkomitmen mengurai kemacetan dengan memperluas akses transportasi umum
- Pramono menerapkan kebijakan wajib naik transportasi umum bagi ASN setiap hari Rabu
- Meski menuai keluhan, Pramono menegaskan efektivitas kebijakan tersebut dalam mengurangi kemacetan di Jakarta
Jakarta, IDN Times - Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung menegaskan komitmennya untuk mengurai kemacetan Ibu Kota dengan memperluas akses transportasi umum dan menerapkan kebijakan bagi pengguna kendaraan pribadi. Salah satu yang diupayakan adalah membuka berbagai rute Transjakarta yang baru di Jakarta.
“Sekarang kami akan membuka tujuh rute baru. Tujuannya apa? Memaksa nanti warga Bekasi, Tangerang, Tangerang Selatan, Bogor, Cianjur, dan sebagainya. Siapapun yang masuk ke Jakarta, harus pakai kendaraan umum. Dan kami akan membuat yang namanya Trans Jabodetabek. Tidak lagi Trans Jakarta,” kata Pramono agenda Leaders Forum: Unlocking Investment fo Jakarta's Transformation to Top #50 Global City (2030) di Balai Kota DKI Jakarta, Jakarta Pusat, Selasa (27/5/2025) malam.
1. Kebijakan wajib naik transportasi umum bagi ASN lingkungan Pemprov DKI

Langkah ini sebelumnya telah dilakukan Pramono diiringi dengan kebijakan baru, yakni wajib naik transportasi umum setiap hari Rabu bagi seluruh aparatur sipil negara (ASN) di lingkungan Pemprov DKI. Dia mengatakan tarif parkir di Jakarta yang tak pernah berubah membuat orang masih hobi membawa kendaraan pribadi.
“Maka saya memulai dari hal kecil, setiap hari Rabu saya wajibkan seluruh ASN di Jakarta untuk naik transportasi umum. Apa hasilnya? Besok hari Rabu nih. Dulu ketika awal-awal saya tahu pasti saya diprotes. Tapi kepada 15 golongan kan saya gratiskan. Termasuk ASN dari mana aja, mau kesini gratis. Enggak ada alasan,” katanya.
2. Efektivitas kebijakan gunakan transportasi umum pada hari Rabu

Meski menuai keluhan di awal penerapan, Pramono menegaskan efektivitasnya. Dia mengatakan ada perubahan signifikan usai beberapa waktu kebijakan itu berjalan di lingkungan Pemprov DKI Jakarta.
“Pada hari pertama ketika kebijakan ini dilakukan, orang ngomel-ngomel. Tapi kita wajibkan selfie. Enggak apa-apa ngomel-ngomel, tapi selfie. Dan di tempat-tempat pintu masuk, balai kota, kantor wali kota, kantor kecamatan, kantor kelurahan, saya suruh jaga. Yang naik kendaraan umum, suruh pulang. Kecuali ibu hamil. Apa yang terjadi? Minggu berikutnya naik menjadi 98 persen. Kemarin naik lagi,” ungkapnya.
3. Jakarta masih macet karena karakter masyarakat belum mau berubah

Dia mengatakan kemacetan di Jakarta lahir lewat satu masalah utama yang berasal dari kebiasaan masyarakat, yakni belum mau berubah menggunakan transportasi umum. Maka kebiasaan itu, kata dia bisa dilakukan dengan dipaksa.
“Kenapa Jakarta masih macet? Bagaimana cara penyelesaiannya? Selama karakter masyarakatnya belum mau merubah dirinya menggunakan transportasi umum, Jakarta akan tetap macet. Dan untuk itu harus dipaksa. Enggak bisa. Harus dipaksa,” katanya.