Ramai di Media, Pemakzulan Gibran Sepi Partisipasi Publik

Jakarta, IDN Times — Isu pemakzulan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka tengah mendominasi pemberitaan di media arus utama. Hal ini terungkap dari hasil survei Evello yang dilakukan pada periode 28 Mei hingga 4 Juni 2025.
Dalam laporan tersebut, isu pemakzulan Gibran menjadi topik yang paling banyak diberitakan, karena muncul 357 kali di media online atau setara 20,12 persen dari total pemberitaan.
Di posisi berikutnya, isu Ormas muncul sebanyak 328 kali (18,49 persen), disusul oleh pemberitaan mengenai jam malam (15,61 persen), ijazah palsu (12,5 persen), dan judi online (6,37 persen). Namun, dominasi di ruang redaksi ini ternyata tidak sebanding dengan tingkat perhatian publik di ruang digital.
1. Minim komentar dari publik

Isu pemakzulan Gibran hanya mendulang 2.529 komentar, setara 1,36 persen dari total seluruh isu yang dipantau. Bandingkan dengan isu ormas sebesar 52.627 komentar atau 28,38 persen. Kemudian, isu Jam Malam yang menghasilkan 48 ribu komentar dan menyedot atensi warganet secara masif.
Dari sisi likes, isu Gibran hanya mendulang 18 ribu interaksi, sangat kecil jika dibandingkan dengan isu Jam Malam (887 ribu interaksi) maupun COVID-19 (672 ribu interaksi).
Akibat rendahnya komentar dan likes, isu ini ditempatkan dalam kuadran PKB (Pojok Kiri Bawah) atau istilah yang dipakai untuk menggambarkan isu dengan minim respons publik baik dalam bentuk percakapan maupun simpati (likes).
2. Sepi penayangan berita terkait pemakzulan Gibran

Minat publik yang rendah juga terlihat dari jumlah tayangan (views). Isu pemakzulan Gibran hanya mencatat 346 ribu views, atau 1,29 persen dari total tayangan seluruh isu yang sedang naik daun.
Isu ini pun menempati posisi terakhir dibandingkan lainnya seperti jam malam dengan views hingga 13,21 juta atau 49,10 persen. Kemudian ormas 6,2 juta atau 23,05 persen dan isu PHK 3,2 juta atau 11,95 persen.
3. Isu pemakzulan Gibran minim interaksi dan partisipasi publik

Dengan hasil survei tersebut, maka bisa dijelaskan, pemakzulan Gibran dinilai sebagai isu yang bersifat elitis, karena minim interaksi dan partisipasi publik, khususnya di media sosial seperti Instagram. Masyarakat tampak tidak terlalu terlibat dalam perbincangan seputar isu ini.
Sebaliknya, publik justru lebih memberi perhatian pada isu-isu yang berkaitan langsung dengan realitas keseharian, seperti keamanan, ekonomi, dan kebijakan sosial, yakni isu-isu dengan memiliki dampak langsung terhadap kehidupan sehari-hari.