Tangisan Warnai Kedatangan Jenazah Korban KM Lestari Maju di Sidoarjo
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakara, IDN Times - Jenazah Hari Lasmono, korban meninggal dunia dalam insiden tenggelamnya KM Lestari Maju di perairan Selayar, Sulawesi Selatan, Rabu malam (4/7) sekitar pukul 20.30 WIB tiba di rumah duka, Perumahan Taman Aloha, Desa Suko, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.
1. Isak tangis mewarnai kedatangan jenazah
Kedatangan jenazah Hari langsung disambut isak tangis pihak keluarga dan kerabatnya, usai diturunkan dari mobil ambulans ke dalam rumah duka.
Beberapa saat setelah tiba di rumah duka, kemudian keluarga memandikan jenazah untuk selanjutnya disalatkan. Rencananya jenazah akan dimakamkan di pemakaman umum Desa Suko, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo.
Hari diduga meninggal akibat benturan karang. Istri almarhum, Eni Koestiani, ketika mengonfirmasi keberadaan suaminya kepada Manajer SDM ASDP, dijelaskan bahwa kemungkinan Hari meninggal karena terbentur karang.
"Bapak sudah pakai pelampung lengkap dan turun duluan menyelamatkan diri. Orangnya kan pinter renang. Tapi meninggalnya katanya karena terbentur karang soalnya keluar banyak darah dari telinganya," ujar Eni kepada IDN Times, di rumah duka, Rabu (4/7).
2. Hari meninggalkan seorang istri dan dua anak perempuan
Editor’s picks
Prastio Raharjo selaku kakak korban mengatakan, sebelumnya korban sempat berencana mengumpulkan keluarga pada Agustus mendatang.
"Dia berencana mengumpulkan semua keluarga pada Agustus mendatang. Tapi Juli sudah dikumpulkan," kata dia di Sidoarjo, seperti dilansir kantor berita Antara, Rabu (4/7).
Hari Lasmono merupakan anak kelima dari enam bersaudara. Dia meninggalkan seorang istri dan dua anak perempuan. Satu anak pertamanya sudah bekerja, sementara si bungsu baru akan kuliah di Surabaya.
3. Sempat telepon istri sebelum kapal kandas
Sang istri, Eni Koestiani, menceritakan perbincangan terakhir dengan korban.
Eni mengatakan suaminya sempat meneleponnya sekitar pukul 13.00 Wita. Saat itu, menurut kabar suaminya, keadaan kapal sudah terguncang hebat.
"Waktu saya telepon lagi Bapak bilang jangan telepon-telepon terus, ini guncangan sudah hebat sampai mau muntah-muntah," ujar Eni, menirukan pria 50 tahun itu.
Menerima kabar tersebut, Eni memilih salat zuhur dan membaca Alquran. Tak lama kemudian, ia tidur dan dibangunkan anaknya yang melihat siaran TV yang mengabarkan tenggelamnya kapal di perairan Selayar.