Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Satgas IDI Heran Ada Netizen yang Merasa Dicovidkan Rumah Sakit

Peningkatan kasus COVID-19 memberikan dampak terhadap jumlah keterisian tempat tidur di rumah sakit (Bed Occupancy Rate) maupun ICU di RSUD Depok yang mencapai lima kali lipat dari bulan lalu sehingga dilakukan penambahan ruangan dan tempat tidur untuk antisipasi lonjakan kasus positif COVID-19 (ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha)

Jakarta, IDN Times - Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Zubairi Djoerban buka suara terkait video viral netizen yang mengatakan ibunya 'dicovidkan' oleh rumah sakit.

Zubairi menerangkan proses rapid antigen ulang dan PCR yang diminta rumah sakit pada pasien merupakan prosedur lumrah.

"Heran, masih ada saja orang yang asal tuduh dicovidkan oleh rumah sakit. Padahal rapid antigen ulang dan PCR merupakan prosedur lumrah dengan mempertimbangkan kondisi pasien batuk, sesak, hipertensi, dan asma," ujar Zubairi dalam cuitan akun Twitter @ProfesorZubairi, Rabu (22/2/2022).

1. Pasien bawa hasil tes negatif 5 hari sebelumnya

Rapid tes pekerja media di LKBN Antara (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Zubairi mengatakan pemeriksaan ulang diperlukan sebab hasil rapid Antigen atau PCR dengan hasil negatif yang dibawa pasien merupakan pemeriksaan yang dilakukan lima hari sebelumnya.

"Perjalanan sakitnya pun punya beberapa gejala COVID-19 dan sudah berusia satu minggu yang memungkinkan virus bertambah banyak dan baru terdeteksi," imbuhnya.

2. Pemeriksaan ulang untuk memastikan lagi kondisi pasien COVID-19

Ilustrasi swab test (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)

Zubairi Djoerban menerangkan kasus tersebut memang sering ditemukan, sehingga diperlukan pemeriksaan ulang untuk memastikan agar pasien mendapat penanganan sesuai dengan jenis sakit dan kebutuhan pengobatannya.

"Saya rasa itu clear. Pemeriksaan ulang itu adalah untuk memastikan lagi dan mencegah pasien COVID-19 bercampur dengan nonCOVID-19. Bukan berarti prosedur itu mengcovidkan pasien. Notabene, standar emas diagnosis COVID-19 ya PCR, yang akurasinya paling tinggi. Ini menjadi acuan," paparnya.

3. Viral seorang wanita mengaku ibunya dicovidkan rumah sakit

Wanita curhat RSUD Cipayung mengcovidkan ibunya (tiktok.com/tirtasiregar)

Sebelumnya jagad dunia media sosial dihebohkan dengan pengakuan seorang wanita yang mengaku ibunya dicovidkan di RSUD Cipayung, Jakarta Timur viral di media sosial. Dalam unggahan video pada akun TikTok @tirtasiregar mengaku ibunya dipaksa menandatangi surat persetujuan bersedia dicovidkan dengan hasil tes positif padahal berdasarkan hasil tes sebelumnya negatif.

"Ibu gw negatif mau dicovidkan dan gw disuruh tandatangan di RSUD daerah Jaktim," tulis keterangan video tersebut dikutip IDN Times, Senin (21/2/2022).

Wanita tersebut menolak menandatangi surat tersebut dan meminta agar masyarakat tidak perlu ke rumah sakit jika mengalami batuk atau pilek serta dibaw ke UGD.

"Saya bawa ibu saya ke RSUD Cipayung itu saya diminta tandatangan bersedia dicovidkan. Walaupun hasilnya negatif. Saya kenapa bilang gitu langsung saya tolak. Enak aja ibu saya mau dicovidkan," tutur wanita tersebut.

4. Pasien datang dengan keluhan batuk dan sesak sejak satu minggu

ilustrasi demam (IDN Times/Mardya Shakti)

Direktur RSUD Cipayung, Dr. Ekonugroho Budhi Prasetyo mengklarifikasi terkait video tuduhan RSUD Cipayung telah mengcovidkan pasien. Dia menegaskan tuduhan tersebut tidak benar.

Eko menerangkan awalnya pasien berinisial M (64) memang berobat ke RSUD Cipayung pada 16 Februari 2022 pukul 22.15 WIB, dengan
keluhan batuk dan sesak sejak satu minggu sebelumnya.

Pasien juga membawa hasil pemeriksaan swab rapid antigen yang dilakukan 5 hari sebelumnya dengan hasil negatif.

“Berdasarkan pemeriksaan dokter, mempertimbangkan kondisi pasien saat itu, dengan perjalanan sakit yang telah satu minggu, ditambah
lagi pasien yang berusia lanjut serta mempunyai penyakit komorbid hipertensi dan asma, maka dokter merencanakan untuk melakukan
pemeriksaan dengan rapid antigen ulang sekaligus akan dilakukan pemeriksaan PCR," kata Eko dalam siaran tertulis. 

"Hal ini semata-mata agar pasien mendapat penanganan yang sesuai dengan jenis sakit dan kebutuhan pengobatannya,” ujarnya menambahkan. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hana Adi Perdana
EditorHana Adi Perdana
Follow Us