Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Stunting Timor Tengah Selatan Tertinggi di NTT, Jokowi Siap Berkunjung

Potret sejumlah anak yang hidup di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur. (ANTARA/HO-BKKBN)

Jakarta, IDN Times - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebutkan, angka prevalensi stunting atau kekerdilan di Kabupaten Timor Tengah Selatan, menjadi tertinggi di Nusa Tenggara Timur (NTT) yakni 48,3 persen.

“Bagi Presiden Jokowi, NTT selalu ada di hati dan BKKBN memastikan amanah dari presiden untuk akselerasi penurunan stunting tetap dalam jalur yang tepat,” kata Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo, dilansir ANTARA, Rabu (23/3/2022).

1. Ada 48 balita mengalami stunting di antara 100 balita di Timor Tengah Selatan

Belajar bersama anak-anak (IDN Times/Besse Fadhilah)

Hasto menjelaskan angka prevalensi 48,3 persen di Kabupaten Timor Tengah Selatan tersebut, dapat dilihat lewat data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021.

Artinya, kata dia, terdapat setidaknya 48 balita yang mengalami stunting di antara 100 balita di sana. Bahkan secara nasional, kabupaten itu menduduki peringkat satu untuk prevalensi stunting di antara 246 kabupaten/kota di 12 provinsi prioritas.

2. Sebanyak 15 kabupaten/kota di NTT masuk kategori merah

Ilustrasi anak-anak (IDN Times/Ayu Afria)

Dalam SSGI 2021, kata Hasto, juga disebutkan sebanyak 15 kabupaten/kota di NTT masuk kategori merah, atau memiliki angka prevalensi stunting lebih dari 30 persen.

Sedangkan, tujuh kabupaten/kota lainnya, berkategori kuning dengan prevalensi 20 hingga 30 persen.

3. Ada 37.320 jiwa penduduk miskin berkategori ekstrem di Kabupaten Timor Tengah Selatan

Potret sejumlah anak yang hidup di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur. (ANTARA/HO-BKKBN)

Sementara, data milik Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Selatan pada 2020 tercatat, ada 37.320 jiwa penduduk miskin berkategori ekstrem dari total 455.410 jiwa penduduk.

Sedangkan, rumah tangga yang memiliki sanitasi layak, baru mencapai 60,04 persen atau 69.602 rumah tangga. Hal tersebutlah yang menyebabkan rentannya masalah kesehatan di masyarakat Timor Tengah Selatan.

Hasto berharap angka prevalensi stunting di kabupaten itu, turun menjadi 43,01 persen pada akhir 2022, serta dapat melandai di angka 36,22 persen pada 2023.

“Dengan demikian, angka itu di 2024 bisa menuju di angka 29,35 persen,” ucap Hasto.

4. Jokowi akan berkunjung ke Timor Tengah Selatan

Presiden Jokowi dan sejumlah menteri Kabinet Indonesia Maju. (Dok. IDN Times/Biro Pers Kepresidenan)

Hasto menyebutkan, Presiden Joko "Jokowi" Widodo akan melakukan kunjungan kerja ke Soe, Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT, Kamis (24/3/2022) guna memantau langsung agenda pengentasan stunting di daerah tersebut.

Menurut Hasto, dibutuhkan kolaborasi semua pihak guna mengentaskan masalah stunting pada anak di Kabupaten Timor Tengah Selatan, sebagai upaya bersama menciptakan generasi emas Indonesia yang unggul dan berkualitas.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rochmanudin Wijaya
EditorRochmanudin Wijaya
Follow Us