Cerita TKI Usman Yunus yang Kabur Usai Disekap Kelompok Abu Sayyaf

Jakarta, IDN Times - Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Polewari Mandar, Sulawesi Barat, Usman Yunus sempat tidak percaya ketika akhirnya bisa menjejakan kaki di Jakarta dan bertemu dengan keluarganya di Kementerian Luar Negeri pada (13/12) lalu. Usman langsung menangis terharu sambil memeluk istri dan putrinya semata wayang.
Sang istri, Julianti, kemudian mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Indonesia yang sudah membantu memulangkan suaminya usai sempat disekap oleh kelompok militan Abu Sayyaf di Filipina selatan. Usman sempat disekap di sana selama 2 bulan dan 26 hari bersama seorang rekannya yang lain Syamsul Saguni.
"Terima kasih kepada Bapak Presiden dan Bu Menlu. Saya hampir putus asa. Alhamdulilah, suami saya bisa bebas," kata Julianti kepada pihak Kemenlu di kantor di area Pejambon, Jakarta Pusat pada Kamis lalu.
Sejak Sabtu kemarin, Usman dan keluarga akhirnya tiba di kampung halamannya di area Dusun Bromo, Polewali Mandar. Para tetangga dan keluarga yang telah menantikan kepulangan Usman menangis terharu. Mereka memberikan ucapan salam dan selamat karena Usman kembali ke pangkuan keluarga.
Lalu, bagaimana cara Usman bisa kabur dari kelompok tersebut? Sebab, Abu Sayyaf terkenal tidak segan mengeksekusi korban yang mereka sekap.
1. Usman kabur ketika hendak menunaikan salat magrib

Usman menceritakan niatnya kabur bermula pada (10/12) lalu. Saat itu, Usman dan 12 anggota kelompok Abu Sayyaf hendak menunaikan salat magrib.
Namun, sebelum salat, Usman meminta izin untuk ke toilet. Ketika itu, ia dijaga oleh enam anggota Abu Sayyaf. Ketika mereka tengah mengambil air wudhu dan tidak memperhatikan Usman, TKI itu langsung kabur. Agar tidak mudah dilacak, Usman memilih kabur ke hutan.
Ia mengaku sempat bermalam di tengah hutan karena tidak bisa melanjutkan perjalanan. Usman tidak mengenali medan hutan lokasi ia berada. Sementara, kalau ia kembali ke arah ia pergi, khawatir kembali tertangkap.
Ia mengaku sangat lelah dan kelaparan. Keesokan harinya ia berhasil mencapai pemukiman warga.
Ia kemudian menyusuri jalan beton dan akhirnya menemukan perkampungan warga.
2. Usman sempat mencegat warga sekitar agar diselamatkan dari Abu Sayyaf

Pagi itu, Usman bertemu dengan seorang warga yang hendak mengantarkan anaknya ke sekolah. Sambil memelas dan menangis, Usman meminta tolong agar diselamatkan oleh pria yang ia temui itu.
"Tapi rupanya orang itu tidak mengerti Bahasa Melayu," kata Usman.
Namun, beruntung, pemilik rumah tak jauh dari lokasi Usman meminta tolong, memahami Bahasa Melayu. Ia kemudian mengisahkan ceritanya yang disekap oleh Abu Sayyaf.
Ia mengaku sempat mencium tangan dan kaki warga yang memahami Bahasa Melayu itu. Apalagi, warga tersebut bersedia menolong Usman.
"Tenanglah, kami juga keluarga Muslim. Insya Allah, kamu selamat," ujar Usman mengutip percakapannya dengan keluarga itu.
Untuk menenangkan Usman, keluarga itu bahkan turut menyajikan secangkir kopi. Usman semakin merasa tenang, karena ia akhirnya diantar ke kota dan diserahkan ke Kementerian Luar Negeri Indonesia. Ia akhirnya bisa kembali ke Jakarta pada Kamis pekan lalu.
3. Proses pembebasan dibantu dengan dukungan dari Presiden Rodrigo Duterte

Menurut Wakil Menteri Luar Negeri, A.M Fachir, yang ikut menyerahkan Usman kepada keluarga, pemerintah menggunakan semua asetnya agar bisa membebaskan ayah satu anak itu.
"Tapi, situasi di Filipina selatan pasca darurat militer, membuat upaya pembebasan harus dilakukan secara berhati-hati untuk memastikan keselamatan para sandera," kata Fachir dalam keterangan tertulis pada pekan lalu.
Proses pembebasan itu, juga melibatkan dukungan dari Pemerintah Filipina. Duta Besar Indonesia untuk Filipina, Sonny Sarundajang mengaku langsung mengontak Presiden Rodrigo Duterte agar bisa membebaskan semua WNI yang masih disekap oleh Abu Sayyaf.
"Ini semua atas arahan Menlu, saya berkomunikasi langsung dengan Presiden Duterte untuk mengupayakan pembebasan. Karena itu, semua pihak di Filipina mendukung upaya yang kami lakukan," tutur Sonny.
4. Masih tersisa satu WNI lagi yang disekap oleh Abu Sayyaf

Usai Usman berhasil melarikan diri, maka tersisa satu WNI lagi yang masih berada di dalam cengkeraman Abu Sayyaf. Satu WNI itu diketahui bernama Syamsul Saguni. Usman mengaku selama disekap ia tidur di dalam satu tenda yang sama bersama Syamsul dan enam anggota Abu Sayyaf.
Kepada media, Usman mengaku tidak kapok untuk kembali melaut. Namun, ia mengaku trauma kalau harus kembali melaut di perairan Malaysia. Sebab, di sana lah ia dan Syamsul diculik oleh Abu Sayyaf.
Data dari Kemenlu menyebut Usman dan Syamsul diculik oleh kelompok bersenjata di perairan dekat Pulau Gaya, Samporna, Sabah, pada (11/9) lalu. Sejak 2016 hingga November 2018 sebanyak 34 WNI disandera di Filipina Selatan.
Sebanyak 33 di antaranya sudah berhasil dibebaskan. Pemerintah Indonesia akan terus mengupayakan pembebasan WNI yang masih disandera.
"Pada saat yang sama, KJRI Kota Kinabalu dan KRI Tawau terus mengimbau agar WNI yang bekerja sebagai nelayan di wilayah Sabah untuk tidak melaut hingga adanya jaminan keamanan dari otoritas Malaysia," ujar Direktur Perlindungan WNI Kemenlu, Lalu Muhammad Iqba melalui pesan pendek pada pekan lalu.