Wamenag Minta ASN Kemenag Jaga Kerukunan Selama Pemilu 2024

Jakarta, IDN Times - Tahapan pemilu 2024 sudah dimulai sejak pertengahan 2022. Wakil Menteri Agama (Wamenag), Zainut Tauhid Sa'adi, meminta Aparatur Sipil Negara (ASN) Kementerian Agama (Kemenag) menjaga kerukunan bangsa.
“Saya tegaskan, menjelang tahun politik, jangan sampai gara-gara berbeda pandangan, berbeda pilihan politik, suami-istri bertengkar, tetangga tidak berteguran, antarsaudara tidak rukun. Kita sebagai penghulu, penyuluh agama, guru, kita musti menjaga kerukunan dan perdamaian antar umat beragama, dan antarkelompok masyarakat," ujar Zainut dalam keterangan yang diterima IDN Times, Senin (15/8/2022).
1. Menjaga kerukunan sangat penting

Zainut berujar, menjaga kerukunan bangsa sangat penting. Terlebih, Indonesia memiliki suku, etnik dan bahasa yang beragam.
“Kenapa ini penting? Karena kita hidup pada masyarakat yang majemuk atau berbeda-beda. Beda adat istiadatnya, bahasanya, sukunya, agamanya dan beda pilihan politiknya. Di dalam masyarakat yang majemuk ini kita harus memberikan pemahaman yang moderat, baik moderat dalam berpolitik maupun beragama," ucap dia.
2. Wamenag ingin ASN Kemenag terapkan moderasi beragama

Lebih lanjut, Zainut meminta kepada ASN Kemenag untuk senantiasa menerapkan moderasi beragama dalam kehidupan sehari-hari. Dia menjelaskan, moderasi yang dimaksud bukan memoderatkan agama, karena agama sejatinya nilai-nilainya sudah moderat.
Menurutnya, yang perlu dimoderatkan adalah perilaku dan cara umat dalam menjalankan agamanya, supaya tidak ekstrem, baik ekstrem kiri maupun kanan, dalam kata lain tidak radikal juga tidak liberal.
“Indonesia ini merupakan negara damai atau darussalam dan juga negara yang cinta damai. Meskipun kita berasal dari agama, golongan, atau kelompok yang berbeda, tetapi kehidupan masyarakat kita tetap harmonis, penuh toleransi dan saling menghormati. Sikap toleransi itu harus terpelihara agar kita tidak mudah dipecah belah dan diadu domba," kata dia.
3. Islam mengajarkan saling menghormati perbedaan

Dalam kesempatan itu, Zainut menjelaskan menurut agama Islam, para pemeluknya diajarkan untuk saling menghormati perbedaan. Menurutnya, perbedaan diperbolehkan asalkan tidak menyinggung kepercayaan pihak lain.
“Hal ini dicontohkan oleh para ulama terdahulu. Imam Syafii itu berbeda pandangan dalam banyak hal dengan gurunya, Imam Malik. Imam Syafii mengajarkan qunut saat subuh sementara Imam Malik tidak. Tapi ketika Imam Syafii datang ke kotanya Imam Malik, beliau tidak pakai qunut karena beliau menghormati gurunya,” ujar dia.