Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Wawancara Bupati Pandeglang: Banyak Peneliti Belajar Tsunami Banten

Bupati Pandeglang Irna Narulita (IDN Times/Reynaldi Wiranata)
Bupati Pandeglang Irna Narulita (IDN Times/Reynaldi Wiranata)

Pandeglang, IDN Times - Berbulan-bulan setelah tsunami memporak-porandakan wilayah pesisir Pandeglang, Banten, puluhan peneliti datang ke daerah itu untuk mempelajari fenomena tsunami Banten yang disebut langka tersebut.

Puluhan peneliti yang datang itu tak hanya dari dalam negeri, tapi juga dari berbagai negara. Mereka ingin belajar, bagaimana tsunami Banten yang tanpa didahului gempa  seperti lazimnya peristiwa tsunami, bisa terjadi.

1. Silent tsunami fenomena baru yang muncul pertama kali di Indonesia

Kondisi terkini setelah tsunami Banten (IDN Times/ Helmi Shemi)
Kondisi terkini setelah tsunami Banten (IDN Times/ Helmi Shemi)

Bupati Pandeglang Irna Narulita dalam wawancara khusus dengan IDN Times di kediamannya, Pandeglang, mengatakan, para peneliti dari berbagai negara itu datang khusus untuk mempelajari fenomena baru yang disebut silent tsunami itu.

"Tsunami datangnya diam-diam njempling gitu ya, sehingga ini juga jadi pelajaran, dikaji, dibahas oleh pemerintah pusat dan oleh negara-negara yang juga ingin belajar ke Pandeglang karena khawatir fenomena ini bisa saja terjadi di negaranya, ada silent tsunami," kata Irna, Jumat (13/12).

2. Tanpa didahului gempa, air setinggi 10 meter muncul di hadapan masyarakat Pandeglang

Warga yang bercerita suasana tsunami Banten (IDN Times/Reynaldi Wiranata)
Warga yang bercerita suasana tsunami Banten (IDN Times/Reynaldi Wiranata)

Irna bercerita, para peneliti itu mengatakan, biasanya sebelum tsunami harus ada gempa dulu baru setelah itu ada gelombang besar dari laut. Namun di Pandeglang, tanda-tanda itu tidak terjadi. Silent tsunami ini menjadi fenomena yang baru pertama kali muncul di Indonesia.

"Air yang sangat tinggi, ini tidak ada sama sekali gempa tetapi air itu betul-betul bisa ada 10 meter di hadapan masyarakat yang bercerita kepada saya," kata Irna.

3. Banyak pegawai pemda cuti akhir tahun sempat membuat Bupati panik

Bupati Pandeglang, Irna Narulita (IDN Times/Reynaldi)
Bupati Pandeglang, Irna Narulita (IDN Times/Reynaldi)

Irna mengatakan, melihat langsung peristiwa yang terjadi satu tahun lalu itu. Irna pun memberikan komando langsung dari lokasi kejadian yang cukup parah yaitu daerah kecamatan Labuan, untuk aksi evakuasi.

"Saya selalu dengan Forkopimda, TNI Polri ada di posko kami di Labuhan untuk bisa terus melakukan evakuasi di mana banyak mayat-mayat yang belum ditemukan, sehingga keluarga merasa pemerintah hadir," ungkap Irna.

Meski begitu, dia mengaku kejadian di akhir tahun itu sempat membuatnya panik. Lantaran banyak pegawai pemerintah daerah mengambil cuti.

"Waktu di akhir tahun banyak yang cuti, makanya setelah kejadian tahun ini saya gak kasih cuti di akhir tahun," ungkap Irna.

4. Tanpa diawali gempa, peristiwa gelombang besar di Banten baru ditetapkan sebagai tsunami sehari setelah kejadian

IDN Times/Reynaldi
IDN Times/Reynaldi

Pada 22 Desember 2018 gelombang tinggi tsunami menerjang kawasan pesisir Pandeglang, Banten, termasuk daerah Pantai Anyer, pesisir Lampung Selatan.

Pada 23 Desember 2018, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) kemudian menyatakan, peristiwa tsunami pada malam hari itu sebagai fenomena langka, karena tidak dipicu oleh gempa bumi seperti tsunami pada umumnya.

"Letusan Gunung Anak Krakatau juga tidak besar. Tremor menerus namun tidak ada frekuensi tinggi yang mencurigakan. Tidak ada gempa yang memicu tsunami saat itu," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB saat itu, Sutopo Purwo Nugroho, dalam akun Twitter resminya.

Sutopo tak menampik, hal tersebut membuat pihak BMKG maupun BNPB tak bisa langsung menyebut peristiwa itu sebagai tsunami.

"Itulah sulitnya menentukan penyebab tsunami di awal kejadian," terang Sutopo yang kini telah almarhum.

5. Penyebab tsunami Banten kemungkinan kombinasi akibat pengaruh erupsi Gunung Anak Krakatau dan gelombang pasang saat purnama

Villa Stephanie rusak akibat tsunami Banten ( IDN Times/Reynaldi)
Villa Stephanie rusak akibat tsunami Banten ( IDN Times/Reynaldi)

Sutopo menjelaskan, penyebab tsunami di Pandeglang dan Lampung Selatan kemungkinan kombinasi dari longsor bawah laut akibat pengaruh erupsi Gunung Anak Krakatau dan gelombang pasang saat purnama. 

BMKG, lanjut Sutopo, berkoordinasi dengan Badan Geologi melaporkan bahwa pada pukul 21.03 WIB, 22 Desember 2018, Gunung Anak Krakatau erupsi kembali sehingga peralatan seismometer setempat rusak, tetapi seismic Stasiun Sertung merekam adanya getaran tremor terus menerus (tidak ada frekuensi tinggi yang mencurigakan).

"Berdasarkan rekaman seismik dan laporan masyarakat, peristiwa ini tidak disebabkan oleh aktivitas gempa bumi tektonik namun sensor Cigeulis (CGJI) mencatat adanya aktivitas seismic dengan durasi ± 24 detik dengan frekwensi 8-16 Hz pada pukul 21.03.24 WIB," ungkapnya.

Baca artikel menarik lainnya di IDN Times App, unduh di sini http://onelink.to/s2mwkb

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sunariyah Sunariyah
EditorSunariyah Sunariyah
Follow Us