2 Tahun Invasi Ukraina, AS Akan Jatuhkan Sanksi Baru terhadap Rusia

Jakarta, IDN Times - Amerika Serikat (AS) akan menjatuhkan lebih dari 500 sanksi baru terhadap Rusia pada Jumat (23/2/2024), yang menandai dua tahun invasi Moskow ke Ukraina.
Wakil Menteri Keuangan AS Wally Adeyemo mengatakan, sanksi tersebut menargetkan kompleks industri militer Rusia dan perusahaan di negara ketiga yang memfasilitasi akses Rusia terhadap barang-barang yang diinginkannya. Langkah itu diambil melalui kemitraan dengan negara-negara lainnya.
“Besok kami akan menerapkan ratusan sanksi di AS, namun penting untuk kembali dan mengingat bahwa bukan hanya AS yang mengambil tindakan tersebut,” kata Adeyemo, dikutip dari Reuters, Kamis (22/2/2024).
1. AS dan sekutu terus mempertahankan tekanan mereka terhadap Rusia
Pemerintahan Presiden Joe Biden terus berusaha menunjukkan dukungannya terhadap Ukraina, meskipun anggota parlemen dari Partai Republik yang bersekutu dengan mantan Presiden Donald Trump memblokir bantuan militer tambahan dari AS.
Gedung Putih telah berjanji akan menjatuhkan sanksi besar sebagai tanggapan atas kematian kritikus paling terkemuka Kremlin, pemimpin oposisi Alexei Navalny, pekan lalu di tahanan Arktik.
“Sanksi dan kontrol ekspor diarahkan untuk memperlambat laju Rusia, sehingga mempersulit mereka untuk melakukan perang pilihan mereka di Ukraina,” kata Adeyemo.
“Tetapi pada akhirnya, untuk mempercepat Ukraina, memberikan mereka kemampuan untuk membela diri. Kongres perlu bertindak untuk memberikan Ukraina sumber daya yang mereka butuhkan dan senjata yang mereka perlukan," tambah dia.
AS dan sekutunya telah menjatuhkan ribuan sanksi terhadap pejabat, pengusaha, bank, perusahaan, dan seluruh industri Rusia sejak negara itu melancarkan invasi ke Ukraina pada Februari 2022.
2. AS klaim sanksi tersebut mampu memukul perekonomian Rusia
Namun, para ahli berpendapat bahwa sanksi tersebut tidak cukup untuk menghentikan serangan Moskow.
“Apa yang dilakukan Kongres untuk memberikan bantuan militer tambahan kepada Ukraina akan sangat berarti, jauh lebih penting daripada apa pun yang bisa mereka lakukan terkait sanksi,” kata Peter Harrell, mantan pejabat Dewan Keamanan Nasional.
Pada Desember 2023, Departemen Keuangan mengatakan bahwa sanksi-sanksi tersebut berhasil memukul perekonomian Rusia, dan membuatnya mengalami kontraksi sebesar 2,1 persen.
Rachel Lyngaas, Kepala Ekonom Sanksi, mengatakan di situs Departemen Keuangan bahwa perekonomian Rusia 5 persen lebih kecil dari perkiraan sebelumnya.
3. IMF melaporkan bahwa perekonomian Rusia berjalan baik
Meski AS dan sekutu Ukraina lainnya berharap melumpuhkan dan mengisolasi perekonomian Rusia dengan serangkaian sanksi, namun Presiden Vladimir Putin telah bekerja sama dengan Iran dan negara-negara lainnya untuk mengurangi dampak sanksi internasional.
Oleh sebab itu, Dana Moneter Internasional (IMF) melaporkan bahwa perekonomian Rusia tumbuh pada kecepatan yang sehat dan tidak terduga. Pada Januari, IMF memperkirakan pertumbuhan PDB di Rusia mencapai 2,6 persen pada 2024.
Namun, juru bicara IMF Julie Kozack pada Kamis menegaskan, Rusia kini berada dalam ekonomi perang, dengan pengeluaran belanja militer dan inflasi meningkat, meskipun ada penurunan di hal-hal lain.