Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

40 Orang Tewas akibat Serangan RSF di Kamp Pengungsi Sudan

gambar peta Sudan (unsplash.com/Lara Jameson)
gambar peta Sudan (unsplash.com/Lara Jameson)
Intinya sih...
  • Kelompok lokal kecam serangan terhadap warga sipil.
  • Militer Sudan dan RSF terlibat pertempuran di el-Fasher.
  • RSF dituduh usir lebih dari 3 ribu keluarga di Kordofan Utara.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Sedikitnya 40 orang dilaporkan tewas akibat serangan di sebuah kamp pengungsi di wilayah Darfur, Sudan. Pasukan paramiliter, Rapid Support Forces (RSF), dituding sebagai pelakunya.

Kelompok relawan Ruang Tanggap Darurat mengatakan bawah RSF menyerbu kamp Abu Shouk pada Senin (11/8/2025), melepaskan tembakan ke dalam rumah-rumah warga dan jalanan. Warga sipil terbunuh baik akibat peluru nyasar maupun eksekusi langsung. Sebanyak 19 orang lainnya juga terluka.

Kamp pengungsi Abu Shouk, yang menampung sekitar 450 ribu pengungsi, telah berulang kali diserang selama lebih dari dua tahun konflik. Kamp ini berada di pinggiran utara El-Fasher, kota besar terakhir di Darfur yang masih berada di bawah kendali militer Sudan.

1. Kelompok lokal kecam serangan terhadap warga sipil

Komite Perlawanan di el-Fasher mengonfirmasi terjadinya serangan pada Senin. Dalam pernyataan di Facebook, mereka mengecam serangan RSF yang menargetkan orang-orang yang tidak bersalah dan tidak berdaya.

Dilansir dari ABC News, citra satelit yang dirilis oleh Laboratorium Riset Kemanusiaan (HRL) di Universitas Yale menunjukkan keberadaan 40 kendaraan di kawasan barat laut Kamp Abu Shouk pada Senin. Temuan ini memperkuat laporan bahwa serangan datang dari arah utara.

Dalam laporannya, Yale HRL mengatakan telah mengumpulkan dan menganalisis foto serta rekaman yang diduga menunjukkan RSF menembaki warga, serta mencaci maki dan melontarkan hinaan bernada rasis.

Citra satelit lainnya yang dikumpulkan pada Sabtu (9/8/2025) oleh kelompok tersebut juga menunjukkan RSF memblokir sejumlah rute yang digunakan warga untuk melarikan diri dari el-Fasher.

2. Militer Sudan dan RSF terlibat pertempuran di el-Fasher

Perang saudara di Sudan meletus pada April 2023 akibat ketegangan berkepanjangan antara RSF dan militer. Konflik tersebut telah menewaskan lebih dari 40 ribu orang, memaksa 12 juta orang mengungsi dan mendorong banyak warga ke ambang kelaparan. Menurut lembaga kemanusiaan, Kamp Abu Shouk merupakan salah satu dari dua kamp yang menghadapi kondisi kelaparan parah.

Dalam sebuah pernyataan, militer Sudan mengatakan bahwa mereka terlibat bentrok dengan RSF di el-Fasher pada Senin. Pertempuran dimulai sekitar pukul 6 pagi dan berakhir pada sore hari. Pihaknya mengklaim berhasil mengalahkan kelompok paramiliter tersebut.

“Pasukan kami berhasil memukul mundur serangan besar-besaran dari berbagai arah yang dilancarkan milisi teroris, serta menimbulkan kerugian besar bagi musuh baik dari segi personel maupun peralatan. Lebih dari 16 kendaraan tempur berhasil dihancurkan dan dibakar, sementara 34 kendaraan, termasuk mobil lapis baja, berhasil direbut,” demikian pernyataan militer.

RSF, melalui kanal Telegramnya pada Senin malam, juga mengklaim telah meraih kemajuan di El-Fasher dan merebut sejumlah peralatan militer.

3. RSF dituduh usir lebih dari 3 ribu keluarga di Kordofan Utara

Menurut Sudan Doctors Network, RSF juga dituduh telah mengusir lebih dari 3 ribu keluarga dari 66 desa di negara bagian Kordofan Utara, Sudan tengah, sejak awal Agustus. Tak hanya itu, mereka juga dilaporkan menjarah harta milik warga serta mencuri uang dan ternak mereka. Para pengungsi tersebut tiba di provinsi Khartoum dan White Nile pekan lalu.

Laporan PBB menyebutkan bahwa serangan terbaru terhadap desa-desa di provinsi tersebut telah menewaskan 18 warga sipil dan melukai puluhan lainnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us