Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

70 Orang Tewas akibat Serangan Milisi di Kongo Barat 

ilustrasi tentara (unsplash.com/Pawel Janiak)
ilustrasi tentara (unsplash.com/Pawel Janiak)

Jakarta, IDN Times - Sedikitnya 70 orang, termasuk sembilan tentara dan seorang istri tentara, tewas akibat serangan kelompok bersenjata di sebuah desa di bagian barat Republik Demokratik Kongo.

Peristiwa itu terjadi pada Sabtu (13/7/2024) di desa Kinsele, sekitar 100 kilometer di sebelah timur ibu kota, Kinshasa. Serangan mematikan sering kali telat dilaporkan akibat ketidakamanan dan infrastruktur yang buruk di wilayah tersebut.

Kinsele terletak di wilayah Kwamouth, di mana dua komunitas lokal, Teke dan Yaka, telah terlibat konflik selama dua tahun terakhir. Ratusan warga sipil tewas dalam konflik tersebut.

1. Pelaku adalah anggota milisi Mobondo

Pihak berwenang mengatakan, serangan tersebut dilakukan oleh anggota milisi Mobondo, kelompok bersenjata yang mengklaim dirinya sebagai pembela masyarakat Yaka.

“Sampai pagi ini (15/7/2024), 72 jenazah telah ditemukan dan pencarian terus berlanjut untuk menemukan jenazah lain di semak-semak,” kata David Bisaka, wakil provinsi untuk wilayah Kwamouth, kepada Associated Press, melalui telepon.

Ia menambahkan, petugas keamanan terus mencari jenazah, setelah tentara berhasil mengusir milisi tersebut untuk kedua kalinya dalam sepekan.

2. Serangan kedua yang dilakukan Mobondo

Milisi Mobondo pertama kali mencoba menyerang desa Kinsele pada Jumat 12/7/2024) sebelum akhirnya dikalahkan oleh tentara. Mereka kembali dengan bala bantuan pada Sabtu fajar, namun tidak memiliki persenjataan yang memadai untuk melawan tentara.

“Tampaknya milisi Mobondo menyerang masyarakat Teke,” kata Bisaka, dikutip RFI.

"Kami kesulitan memahami bagaimana orang-orang ini, yang merupakan warga sipil, dengan parang, tongkat, dan kaliber 12, mengorganisir diri mereka untuk menyerang tentara bersenjata lengkap. Mereka pasti telah membentuk gerakan pemberontak," tambahnya.

Kepala desa terdekat, Stanys Liby, melaporkan bahwa sembilan tentara dan seorang istri tentara termasuk di antara jenazah yang ditemukan setelah serangan hari Sabtu.

3. Konflik di Kwamouth meningkat dalam beberapa pekan terakhir

Menurut kelompok advokasi Human Rights Watch, konflik atas klaim lahan dan adat di wilayah Kwamouth meletus pada Juni 2022. Konflik ini terjadi antara suku Teke, yang dianggap sebagai "pribumi" dan kelompok etnis lainnya, termasuk Yaka, yang dianggap sebagai “non-pribumi”.

Meskipun gencatan senjata telah disepakati pada April 2024, bentrokan antara kedua komunitas tersebut terus berlanjut dan bahkan meningkat dalam beberapa pekan terakhir. Adapun tentara Kongo gagal meredam kekerasan tersebut.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fatimah
EditorFatimah
Follow Us