Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Afghanistan dan Taliban Sepakat Percepat Pembicaraan di Moskow

Delegasi Taliban di Moskow. (Twitter.com/zainab mohammed)

Moskow, IDN Times - Pembicaraan damai antara kelompok Taliban dan pemerintahan Afghanistan yang berlangsung di Doha, Qatar, mengalami perlambatan dan tidak menemukan kemajuan yang signifikan. Akhirnya, Rusia menengahi dan mengundang pihak yang terlibat untuk berunding di Moskow.

Pada hari Jumat (19/3), akhirnya pemerintahan Afghanistan dan Taliban mengirim delegasi mereka ke Moskow dan mereka sepakat dalam pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) untuk mempercepat perundingan perdamaian. Dalam pertemuan tersebut, Rusia, Tiongkok, Pakistan dan Amerika Serikat menyerukan untuk segera dilakukan gencatan senjata secara permanen bagi pihak yang bertikai.

1. Efek berkelanjutan dari melambatnya pembicaraan damai di Doha

Delegasi Taliban dan pemerintah Afghanistan melakukan pembicaraan damai. (Twitter.com/Muhammad Ibrahim Qazi)

Secara resmi Moskow menjadi tuan rumah dalam pembicaraan damai terbaru kelompok Taliban dan pemerintahan Afghanistan mulai pada hari Kamis (18/3). Pertemuan itu akan berlangsung selama tiga hari.

Pertemuan di Moskow terjadi karena pembicaraan damai di Doha, Qatar sempat terhenti. Pembicaraan itu tersendat karena pemerintah menuduh kelompok pemberontak gagal meletakkan senjatanya dan terus melakukan serangan di Afghanistan.

Melansir dari kantor berita Reuters, Dewan Tinggi Rekonsiliasi Nasional Afghanistan yang bernama Abdullah Abdullah mengatakan bahwa kedua belah pihak belum membahas masalah khusus tetapi "kami menyatakan kesiapan kami untuk mempercepat proses (perdamaian)."

2. Satu-satunya delegasi perempuan ikut hadir dalam KTT Moskow

Kedua belah pihak, baik itu kelompok Taliban dan pemerintahan Afghanistan mengirimkan delegasi mereka. Taliban mengirim 10 perwakilan delegasi dan pihak pemerintahan Afghanistan mengirim 12 orang perwakilan delegasi.

Satu-satunya perempuan yang ikut dikirim dalam pembicaraan perdamaian itu adalah dari pemerintahan Afghanistan yang bernama Habiba Sarabi. Melansir dari laman The Guardian, Habiba Sarabi, seorang aktivis dan politisi menyatakan optimis bisa berkontribusi terhadap proses perdamaian.

Habibi menyerukan gencatan senjata kepada rekan pria yang berada dalam pertemuan pembicaraan perdamaian tersebut. Selain itu, aktivis hak asasi manusia tersebut juga menegaskan “lima puluh satu persen orang tidak boleh diabaikan.”

Dalam pertemuan itu, delegasi Taliban juga menginginkan Amerika Serikat dan NATO menepati janjinya untuk menarik pasukan pada 1 Mei 2021. Jika janji itu tidak ditepati, mereka mengancam akan ada reaksi dari kelompok pemberontak. Tidak ada rincian "reaksi" apa yang disebutkan.

Delegasi dari Taliban yang bernama Suhai Shaheen, melansir dari laman Associated PRess menagtakan "mereka harus pergi. Setelah itu (1 Mei) akan menjadi semacam pelanggaran kesepakatan (jika tidak ditepati). Pelanggaran itu tidak dari pihak kami. Pelanggaran (dari) mereka akan mendapat reaksi."

Shaheen juga menjelaskan bahwa pihak Thaliban berharap bahwa "reaksi" yang dimaksud tidak akan terjadi. "Mereka mundur dan kami fokus pada penyelesaian, penyelesaian damai masalah Afghanistan, untuk mewujudkan gencatan senjata permanen dan komprehensif di akhir pencapaian peta jalan politik (untuk) Afghanistan,” jelas delegasi Taliban tersebut.

3. Serangan bom di Kabul masih terjadi ketika pertemuan di Moskow dilakukan

Secara resmi, perwakilan kelompok yang berkepentingan dalam perdamaian Afghanistan hadir di Moskow pada hari Kamis (18/3). Namun pada hari ketika orang-orang tersebut melakukan pembicaraan damai dan telah bersepakat untuk mempercepat proses perdamaian, serangan bom masih terjadi di Afghanistan, tepatnya di ibukota Kabul.

Melansir dari laman Al Jazeera, sebuah bom pinggir jalan telah menghantam bus yang membawa pegawai pemerintahan Afghanistan. Dalam insiden tersebut tercatat setidaknya tiga orang meninggal dan belasan lainnya luka-luka.

Abdul Samad Hamid Poya, seorang penasihat kementrian menjelaskan bahwa bus itu disewa oleh Kementrian Informasi dan Teknologi Afghanistan untuk mengangkut para karyawan.

Tidak ada yang mengaku bertanggung jawab atas pemboman itu tapi pemerintah Afghanistan menyalahkan kelompok Taliban. Taliban masih sering dituduh sebagai aktor yang menyerang pegawai pemerintah, jurnalis dan tokoh masyarakat sipil. Pihak Taliban membantah tuduhan tersebut.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us