Israel ke AS: Iran Hanya Tunduk dengan Militer, Bukan Perjanjian 

PM Yair Lapid ingatkan Presiden Biden agar tidak naif

Jakarta, IDN Times - Perdana Menteri Israel, Yair Lapid, mengatakan bahwa Amerika Serikat (AS) tidak akan mencapai kesepakatan dengan Iran tanpa ancaman militer yang serius. Pada Minggu (28/8/2022), Lapid tampaknya kecewa dengan progres negosiasi nuklir antara Iran-AS. 

Menurut Lapid, presentasi AS tentang bom penghancur bungker yang mampu menyerang fasilitas nuklir bawah tanah Iran merupakan salah satu faktor yang membuat Teheran menandatangani perjanjian nuklir asli pada 2015. Lapid berpendapat keadaan tersebut juga harus dicantumkan dalam negosiasi terakhir antara kedua negara. 

1. Israel harap AS tegas terhadap Iran

Israel ke AS: Iran Hanya Tunduk dengan Militer, Bukan Perjanjian Joe Biden saat berpidato di Iowa (twitter.com/POTUS)

Lapid berharap pengawasan aktivitas nuklir Iran akan lebih ketat. Begitu pula dengan pengawasan terhadap pengembangan rudal balistik dan keterlibatannya dalam jaringan teror di Timur Tengah.

"(Kekuatan dunia) harus membuat Iran menandatangani perjanjian yang jauh lebih baik, (yaitu) apa yang oleh AS disebut (sebagai perjanjian yang) lebih lama dan lebih kuat," kata Lapid, dilansir The Jerussalem Post.

“Kesepakatan seperti itu hanya dapat dicapai dengan ancaman militer yang nyata, sehingga Iran melihat mereka harus membayar harga yang mahal untuk ketegaran mereka," tambah dia. 

Komentar Lapid dalam konferensi pers itu muncul setelah Menteri Pertahanan Israel, Benny Gantz, bertemu dengan Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan pekan lalu.

Gantz mengatakan bahwa AS perlu menempatkan opsi militer yang layak di atas meja, bahkan setelah kesepakatan nuklir tercapai. Dia juga menyebut ancaman seperti itu akan mencegah Iran melanggar perjanjian.

Baca Juga: Khawatir Ancaman Nuklir, Israel Siap Perangi Iran Saat Ini Juga!

2. Lapid ingin berdiskusi dengan Biden terkait Iran

Israel ke AS: Iran Hanya Tunduk dengan Militer, Bukan Perjanjian Presiden Amerika Serikat Joe Biden (tengah) (twitter.com/POTUS)

Lapid berharap dapat berbicara dengan Presiden Joe Biden tentang kesepakatan nuklir baru Iran. Namun, Lapid menunjukkan gestur bahwa komunikasi dengan Biden akan sulit dilakukan.

Lapid tidak dapat menghubungi Biden karena orang nomor satu di AS masih disibukkan dengan agendanya. Walau begitu, Lapid dan Biden dikabarkan akan berbicara di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada September 2022 mendatang.

Israel pesimis tentang perkembangan terakhir kesepakatan nuklir Iran. Namun, Lapid berharap komunikasi yang dilakukan pemerintahannya dengan pejabat Gedung Putih dapat membuahkan hasil untuk mewujudkan kesepakatan. 

3. Lapid instruksikan IDF dan Mossad untuk mengantisipasi ancaman Iran

Lapid mengatakan, dia telah menginstruksikan IDF dan Mossad untuk melindungi keamanan Israel dalam skenario apapun. Lapid juga meyakini bahwa AS memahami situasi ini.

Lapid menegaskan kembali bahwa Israel bukan pihak dalam kesepakatan Iran dengan Iran. Lapid tampaknya memberi pesan bahwa Israel akan terus melakukan pembatasan secara langsung terhadap program nuklir Iran.

Direktorat Intelijen IDF berpendapat, sementara kesepakatan Iran belum disepakati, situasi itu menguntungkan Israel.

Di sisi lain, Israel terus berhubungan dengan negara-negara Timur Tengah lainnya tentang Iran. Tetapi, negara-negara itu tidak ingin rincian diskusinya dipublikasikan, seperti Arab Saudi karena tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. 

Baca Juga: Turki Pastikan Tetap Bela Palestina, Walau Berbaikan dengan Israel 

Anoraga Ilafi Photo Verified Writer Anoraga Ilafi

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya