AS Batalkan Pemotongan Bantuan Pencegahan HIV Global

- Batalkan pemotongan bantuan PEPFAR sebesar Rp6,5 triliun.
- Dikhawatirkan berdampak besar pada upaya penanganan HIV di Afrika.
- Penelitian vaksin HIV terancam pemangkasan bantuan AS.
Jakarta, IDN Times - Senat Amerika Serikat (AS) dari Partai Republikan membatalkan pemotongan bantuan pencegahan HIV global atau President’s Emergency Plan for AIDS Relief (PEPFAR) pada Kamis (17/7/2025). Dengan penerapan kebijakan “America First” dari Presiden AS, Donald Trump, terdapat sejumlah rencana untuk mengurangi anggaran bantuan global dari AS untuk mengutamakan kepentingan dalam negeri AS.
Sebelumnya, AS juga sudah membubarkan USAID yang dianggap tidak efisien dan menghabiskan anggaran. Menurut studi The Lancet, pemotongan anggaran USAID akan mengakibatkan tewasnya 14 juta orang pada 2030.
1. Batalkan pemotongan bantuan PEPFAR sebesar Rp6,5 triliun
Pemotongan anggaran PEPFAR sebesar 400 juta dolar AS (Rp6,5 triliun) ini diusulkan oleh anggota senat dari Partai Republikan sebagai bagian dari paket pemotongan bantuan sebesar 9 miliar dolar AS (Rp14.671 triliun).
Senator dari Partai Republikan dan Demokrat mengaku masih khawatir terkait dengan proposal pemangkasan PEPFAR yang sudah dicetuskan oleh mantan Presiden AS, George Walker Bush. Pemangkasan anggaran PEPFAR ini dikhawatirkan akan mengakibatkan lonjakan kasus penularan HIV di seluruh dunia, terutama di negara-negara berpendapatan rendah.
“Kami mengakui masih banyak kepentingan dari berbagai pihak untuk mempertahankan program bantuan ini,” terang Senator dari Partai Republikan, John Thune, dikutip Business Insider Africa.
2. Berdampak besar pada upaya penanganan HIV di Afrika
PEPFAR selama ini berguna untuk mendanai penanganan HIV global terutama di Afrika. Bahkan, negara-negara Afrika selama ini sangat bergantung pada bantuan tersebut. Pemangkasan tersebut akan mengakibatkan tutupnya klinik dan berdampak pada ribuan nyawa penderita HIV di Afrika.
“Kasus infeksi HIV berkurang hingga 40 persen sejak 2010 dan 4,4 juta anak di Afrika terlindungi dari HIV sejak 2000. Jika tidak ada tindakan, akan ada 6 juta kasus infeksi HIV baru dan 4 juta orang tewas karena HIV pada 2029,” ungkap UNAIDS.
Menanggapi rencana pemotongan bantuan kesehatan dari AS, negara-negara di kawasan Afrika Timur mulai meningkatkan alokasi anggaran khusus kesehatan. Mereka juga sudah menyiapkan dana darurat kesehatan pada 2025-2026.
3. Penelitian vaksin HIV terancam pemangkasan bantuan AS
Pakar dalam program vaksin HIV, Dennis Burton mengatakan bahwa pembuatan vaksin HIV sangatlah sulit. Ia menyebut, program penelitian ini sudah berlangsung selama 15 tahun.
Ia mengatakan, ancaman pemotongan anggaran dari pemerintahan Trump akan berdampak pada penelitiannya. Ia menyebut, selama ini pekerjaannya mendapatkan pendanaan dari National Institutes of Health (NIH).
“Ini menyedihkan. Sudah banyak upaya kami untuk menyelesaikan ini. Ketika kami sedikit lagi bisa mengalahkan virus itu. Namun, kami harus menyerah begitu saja,” ungkapnya, dilansir NPR.
Burton mengatakan mendesain vaksin HIV yang efektif sangat sulit. Salah satu alasannya karena virus tersebut berevolusi cepat dibandingkan virus lainnya. Pada satu orang yang terinfeksi, virus itu akan berevolusi menjadi banyak varian baru.