Banjir Bandang di Valencia Spanyol, WNI Aman

- Setidaknya 200 orang tewas akibat banjir bandang di Valencia, Spanyol.
- Kementerian Luar Negeri RI memastikan belum ada WNI yang menjadi korban banjir.
Jakarta, IDN Times - Setidaknya 200 orang dilaporkan tewas akibat banjir bandang yang melanda Valencia, Spanyol, sejak dua hari lalu.
Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia (WNI) Kementerian Luar Negeri RI, Judha Nugraha, mengatakan, sampai saat ini tidak ada informasi bahwa WNI menjadi korban atau terdampak banjir di Valencia.
“KBRI Madrid telah berkoordinasi dengan otoritas setempat serta para komunitas Indonesia di Valencia dan sampai saat ini belum ada informasi WNI menjadi korban meninggal dari bencana banjir tersebut,” kata Judha, dalam keterangannya, Sabtu (2/11/2024).
1. KBRI imbau WNI waspada

Judha menambahkan, saat ini KBRI telah mengeluarkan imbauan kepada masyarakat Indonesia yang ada di lokasi terdekat untuk waspada dan menghindari daerah terdampak serta antisipasi kemungkinan bencana susulan.
“Berdasarkan data lapor diri KBRI, tercatat ada sekitar 200 WNI yang menetap di Valencia. Dalam keadaan darurat, hotline KBRI Madrid dapat dihubungi di nomor +34 619312380,” ucap Judha.
2. 10 ribu tentara bakal dikerahkan
Sementara itu, Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez mengatakan, sebanyak 10 ribu tentara akan dikerahkan untuk membantu menyelamatkan korban terdampak dan para warga yang masih terjebak akibat banjir.
“Bencana kali ini adalah yang paling mematikan kedua di Eropa abad ini dan pemerintah akan mengerahkan pasukan keamanan tambahan untuk membantu,” ucap Sanchez.
3. Hujan badai sejak Selasa pekan ini
Badai tersebut dimulai pada Selasa. Badai itu menurunkan curah hujan setahun hanya dalam hitungan jam. Akibatnya, sungai meluap dengan cepat dan bahkan menimbulkan tornado.
Jalan-jalan dan kota-kota mulai dilanda banjir, memaksa pihak berwenang menghentikan layanan kereta di sekitar Valencia, membatalkan penerbangan, serta meminta warga agar tetap berada di kediaman masing-masing pada Selasa malam.
Namun, pada saat pemerintah mengirimkan peringatan darurat yang meminta masyarakat untuk tetap berada di dalam rumah atau mencari tempat yang lebih tinggi, sebagian besar kerusakan sudah terjadi.