BBC Tarik Dokumenter Gaza karena Libatkan Anak Pejabat Hamas

- Media BBC menarik film dokumenter Gaza dari layanan streaming iPlayer setelah terungkap naratornya merupakan putra pejabat Hamas.
- Dokumenter berjudul "Gaza: How to Survive a War Zone" didasarkan pada rekaman observasi selama sembilan bulan sebelum gencatan senjata di Gaza.
- Sebanyak 45 tokoh media Yahudi terkemuka menandatangani surat terbuka menuntut penarikan program ini, sementara kelompok pro-Palestina meminta untuk tetap menayangkan cerita nyata kehidupan di Gaza.
Jakarta, IDN Times - Media BBC menarik film dokumenter Gaza dari layanan streaming iPlayer pada Jumat (21/2/2024), setelah terungkap narator utamanya yang berusia 13 tahun merupakan putra pejabat Hamas. Dokumenter berjudul "Gaza: How to Survive a War Zone" ini sempat tayang di BBC Two pada Senin (17/2/2025) lalu.
Perusahaan penyiaran Inggris itu mengaku tidak mengetahui hubungan keluarga tersebut sebelum penayangan. Narator dokumenter bernama Abdullah Al-Yazouri merupakan putra dari Ayman Alyazouri, wakil menteri pertanian pemerintahan Hamas di Gaza.
BBC menyalahkan perusahaan produksi Hoyo Films yang tidak memberitahukan informasi krusial ini sebelum penayangan. Temuan ini menjadi kontroversi karena Hamas sendiri telah ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh Inggris.
1. Bagian dokumenter yang jadi kontroversi
Dokumenter ini didasarkan pada rekaman observasi selama sembilan bulan sebelum gencatan senjata di Gaza. Film tersebut mengisahkan pengalaman anak-anak yang hidup di tengah konflik.
BBC awalnya mempertahankan program ini di iPlayer. Mereka hanya menambahkan pesan peringatan di awal film yang mengungkapkan hubungan keluarga narator dengan pemerintahan Hamas.
Jurnalis dan aktivis David Collier pertama kali mengungkap identitas Abdullah sebagai anak dari keluarga elit Hamas. Anak berusia 13 tahun itu tampil sebagai narator berbahasa Inggris yang menggambarkan kehidupan sehari-hari di Gaza.
Melansir The Independent, muncul tuduhan lagi bahwa anak-anak lain dalam dokumenter juga memiliki kaitan dengan Hamas. Namun, BBC mengklaim telah mengikuti semua prosedur kepatuhan standar dalam pembuatan film ini.
"Bayangkan jika tempat tinggal kalian hancur, apa yang akan kalian lakukan? Bisakah kamu bertahan hidup? Kami di Gaza sudah sangat ahli dalam hal ini setelah mengalami semuanya," ujar Abdullah di pembuka film tersebut.
2. Kelompok jurnalis Yahudi menuntut penarikan film
Sebanyak 45 tokoh media Yahudi terkemuka menandatangani surat terbuka menuntut penarikan program ini. Mantan pegawai BBC One Danny Cohen, mantan pejabat senior BBC Ruth Deech, aktris Tracy-Ann Oberman, dan produser Neil Blair termasuk di antara penandatangan.
Menteri Kebudayaan Inggris Lisa Nandy berjanji membahas masalah ini dengan direktur jenderal dan ketua BBC. Diskusi akan difokuskan pada proses pemilihan narasumber dalam program tersebut.
Para kritikus mempertanyakan apakah BBC membayar anggota Hamas dalam proses pembuatan dokumenter. Cohen menyebut situasi ini sebagai kegagalan besar BBC yang mencoreng reputasi media tersebut.
"Kegagalan BBC mengungkap hubungan dengan kelompok teroris Hamas telah mencoreng standar program paling dasar. Tampaknya anak-anak tersebut telah dimanipulasi oleh para teroris," tutur Cohen, dikutip dari The Guardian.
3. Kelompok pro-Palestina kritik penarikan film
Kelompok pembela hak-hak warga Palestina, International Centre of Justice for Palestinians (ICJP) yang bermarkas di London, tidak setuju dengan berbagai kritik terhadap dokumenter ini. ICJP meminta BBC tetap menayangkan cerita nyata kehidupan di Gaza dari sudut pandang warganya sendiri.
Kelompok pro-Palestina menyatakan peran ayah Abdullah dalam administrasi Hamas tidak menghilangkan validitas pengalaman hidup sang anak. Dokumenter ini bahkan menampilkan warga Palestina yang mengkritik Hamas di beberapa bagian.
"Status ayah Abdullah sebagai pejabat Hamas tidak membuat cerita dan pengalaman hidup anaknya jadi tidak valid. Sayangnya banyak pihak yang selalu menolak segala sudut pandang dari rakyat Palestina," kata ICJP dalam pernyataannya.
Film ini justru mendapat pujian dari beberapa pihak karena gaya observasinya yang dinilai berhasil memanusiakan situasi di Gaza. Pendekatan ini dinilai memberi perspektif baru tentang dampak konflik terhadap anak-anak.
Nandy memberikan pembelaan terhadap BBC dalam pemberitaan konflik Israel-Hamas. Menurutnya, BBC sudah lebih berhati-hati dibandingkan media lainnya.