Bertemu Trump, Zelenskyy Minta AS Pasok Rudal Tomahawk

- Trump berhati-hati dalam merespons permintaan pasokan rudal Tomahawk
- Upaya diplomasi Trump dengan Putin untuk mengakhiri perang Ukraina
- Dampak konflik di Ukraina dan dukungan global untuk melawan agresi Rusia
Jakarta, IDN Times – Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, bertemu Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, di Gedung Putih pada Jumat (17/10/2025). Dalam pertemuan itu, Zelenskyy meminta pasokan rudal jelajah Tomahawk, senjata jarak jauh yang mampu menembus wilayah Rusia. Ia berharap rudal tersebut bisa menghantam fasilitas minyak dan energi Rusia yang menopang pendanaan perang sejak 2022.
Pertemuan berlangsung hangat namun tanpa hasil pasti karena Trump belum memberikan keputusan untuk memasok rudal itu. Dalam wawancara dengan Meet the Press NBC News, Zelenskyy mengatakan kepada Kristen Welker bahwa Trump tidak mengatakan “tidak,” tetapi juga tidak memberikan jawaban “iya.”
Ia juga mengusulkan pertukaran drone buatan Ukraina dengan rudal Tomahawk, ide yang disambut senyum dan anggukan Trump. Zelenskyy menilai Presiden Rusia, Vladimir Putin, khawatir dengan rudal itu karena dapat mengubah dinamika perang secara besar.
1. Kekhawatiran eskalasi perang dan sikap hati-hati Trump

Trump menanggapi permintaan tersebut dengan penuh kehati-hatian. Ia memperingatkan bahwa pengiriman rudal Tomahawk ke Ukraina berisiko memperburuk konflik dengan Rusia. Menurutnya, langkah itu perlu dipertimbangkan matang agar tak menimbulkan ketegangan baru di kawasan.
“Kami lebih suka mereka tidak membutuhkan Tomahawks. Sejujurnya kami lebih suka perang berakhir,” kata Trump, dikutip dari Sky News.
Ia menekankan pentingnya menjaga cadangan rudal AS untuk kepentingan nasional.
Zelenskyy memahami sikap berhati-hati itu, tetapi tetap mencatat bahwa Putin takut dengan kekuatan rudal tersebut dan realistis mengenai kemungkinan Ukraina memperolehnya di masa depan.
2. Upaya diplomasi Trump untuk akhiri perang Ukraina

Trump juga melanjutkan upaya diplomasi dengan Putin. Ia melakukan panggilan telepon pada Kamis (16/10/2025), yang disebutnya sangat produktif melalui unggahan di Truth Social. Keduanya sepakat mengadakan pertemuan langsung di Budapest, Hongaria, untuk membahas penyelesaian perang yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun.
Pertemuan sebelumnya di Alaska pada Agustus 2025 belum membawa kemajuan berarti bagi perdamaian. Trump menyebut ada permusuhan yang sangat dalam antara Zelenskyy dan Putin.
“Kami ingin membuatnya nyaman untuk semua orang. Kami akan terlibat bertiga, tapi mungkin terpisah,” ujarnya, menunjukkan bahwa negosiasi bisa dilakukan bersama maupun terpisah demi mencapai solusi damai.
3. Dampak konflik dan dukungan global untuk Ukraina

Dampak perang terus terasa di Ukraina, termasuk di pinggiran Kyiv. Seorang pemilik toko bernama Volodymyr menceritakan kepada BBC bahwa tokonya hancur akibat serangan rudal Rusia pada September 2025.
“Kebenaran dan demokrasi akan menang, dan semua terorisme dan kejahatan akan hilang. Kami hanya ingin hidup, kami tidak ingin menyerah, kami hanya ingin mereka meninggalkan kami,” ujarnya.
Ia menggambarkan keteguhan hati warga di tengah serangan yang menghancurkan infrastruktur energi dan menyebabkan pemadaman listrik luas.
Zelenskyy melalui X menulis bahwa ia telah berdiskusi dengan para pemimpin Eropa mengenai hasil pertemuannya dengan Trump. Ia mengatakan prioritas utama saat ini adalah melindungi sebanyak mungkin nyawa, menjamin keamanan Ukraina, dan memperkuat Eropa secara keseluruhan. Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, menilai pembicaraan itu produktif dan berjanji melanjutkan bantuan kemanusiaan serta dukungan militer, termasuk pasokan makanan, obat-obatan, dan senjata bagi Ukraina dalam menghadapi agresi Rusia.