China dan AS Bahas Keamanan Laut di Hawaii

- China menolak aktivitas yang mengancam kedaulatan, AS soroti pola operasi tak aman China. MMCA dibekukan 2022, aktif kembali 2024.
- China-Jepang memanas terkait Taiwan, Jepang berhak bela diri kolektif. China respon keras dengan peringatan perjalanan dan kapal penjaga pantai.
- Kapal Angkatan Laut China bertabrakan dengan Filipina, AS mengecam tindakan tersebut.
Jakarta, IDN Times – Pejabat militer China dan Amerika Serikat (AS) kembali duduk satu meja dalam putaran kedua kelompok kerja Perjanjian Konsultasi Maritim Militer China-AS 2025 (MMCA) di Hawaii. Pertemuan yang berlangsung sejak Selasa (18/11/2025) hingga Kamis (20/11/2025) itu dimaknai Beijing sebagai dialog yang berjalan terus terang dan konstruktif dengan semangat setara serta saling menghormati. Keduanya meninjau situasi keamanan laut dan udara, termasuk insiden khas yang sering terjadi di wilayah maritim maupun ruang udara.
Kesepakatan bersama muncul bahwa mekanisme MMCA membantu pasukan garis depan bertindak lebih profesional dan aman sehingga mengurangi risiko salah paham maupun salah hitung. Pertemuan Hawaii pun menjadi langkah lanjutan untuk menjaga saluran komunikasi tetap aktif di tengah dinamika kawasan yang terus memanas.
1. Sikap tegas China dan fokus AS pada keamanan operasi

Dilansir dari Anadolu Agency, China menyampaikan kembali penolakannya terhadap berbagai aktivitas yang mengatasnamakan kebebasan navigasi atau penerbangan namun dinilai mengancam kedaulatan dan keamanannya. Beijing menolak setiap bentuk pelanggaran, provokasi, hingga pengintaian jarak dekat, sambil menekankan komitmen menjaga wilayah serta hak dan kepentingan maritimnya sesuai aturan yang berlaku.
Di sisi lain, AS menyoroti perlunya menekan pola operasi yang dianggap tidak aman dan tak profesional dari angkatan laut maupun udara China. MMCA yang dibentuk pada 1998 sempat dibekukan pada 2022 imbas kunjungan Nancy Pelosi ke Taiwan sebelum diaktifkan kembali pada April 2024. Pertemuan perdana tahun ini di Shanghai juga menjadi dialog kerja pertama setelah Donald Trump kembali memimpin.
2. Ketegangan China-Jepang mewarnai dialog Hawaii

Pertemuan di Hawaii berlangsung bersamaan dengan memanasnya hubungan China dan Jepang terkait isu Taiwan. Perdana Menteri Jepang, Sanae Takaichi, menilai bahwa serangan militer China ke Taiwan dapat menciptakan situasi yang mengancam kelangsungan hidup bagi Jepang sehingga Tokyo berhak menjalankan hak bela diri kolektif.
China langsung merespons keras dengan mengeluarkan peringatan perjalanan, membatalkan seluruh agenda budaya Jepang, serta mengirim kapal penjaga pantai ke Kepulauan Diaoyu yang ikut diklaim sebagai Kepulauan Senkaku. Tindakan tersebut menambah daftar gesekan antara kedua negara di kawasan strategis itu.
“Komitmen kami terhadap aliansi AS-Jepang dan pertahanan Jepang, termasuk Kepulauan Senkaku yang dikelola Jepang, tidak tergoyahkan,” kata Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Tommy Pigott, dikutip dari SCMP.
3. Ketegangan Laut China Selatan membayangi pembicaraan

Dilansir dari Fristpost, situasi di Laut China Selatan juga kembali bergejolak melibatkan China, Filipina, dan AS. Insiden berawal ketika kapal Angkatan Laut China dan penjaga pantai bertabrakan saat mengusir kapal Filipina yang lebih kecil, diikuti pengerahan dua kapal perang AS ke wilayah sengketa. Beberapa waktu setelahnya, kapal penjaga pantai China menabrak sekaligus menyemprotkan meriam air ke kapal perikanan Filipina BRP Datu Pagbuaya di sekitar Pulau Thitu di Kepulauan Spratly.
Washington mengecam keras tindakan itu sebagai langkah berbahaya yang mengancam stabilitas kawasan, sementara China balik menuding AS sebagai sumber ancaman terbesar. Beijing menilai pengerahan kapal perang dan penempatan rudal jarak menengah berbasis darat bersama Filipina justru memperburuk keamanan regional. Ketegangan kian terasa ketika pembom Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China melakukan patroli udara, bersamaan dengan patroli laut gabungan Filipina, AS, dan Jepang di lokasi yang sama.
Delegasi AS di Hawaii sendiri diisi jajaran pejabat Komando Indo-Pasifik (INDOPACOM), Armada Pasifik, Angkatan Udara Pasifik, dan Penjaga Pantai AS. Pertemuan kali ini digelar hanya beberapa pekan setelah dua pesawat tempur Angkatan Laut AS jatuh terpisah di Laut China Selatan dari kapal induk USS Nimitz, dan China menawarkan bantuan kemanusiaan sambil menyatakan bahwa intensitas aktivitas militer AS menjadi sumber utama persoalan keamanan maritim di kawasan tersebut.


















