China Luncurkan Konstelasi Satelit Pesaing Starlink

- Perusahaan China meluncurkan 18 satelit pertamanya ke luar angkasa, menjadi pesaing Starlink milik SpaceX.
- Satelit tersebut ditempatkan di orbit rendah Bumi untuk layanan internet global yang berkualitas tinggi.
- China berupaya menciptakan teknologi dan infrastruktur sendiri, dengan implikasi militer yang signifikan.
Jakarta, IDN Times - Perusahaan China Shanghai Spacecom Satellite Technology (SSST) meluncurkan 18 satelit pertamanya ke luar angkasa. Peluncuran dilakukan pada Selasa (6/8/2024), dengan Roket Long March-6A dari Pusat Peluncuran Satelit Taiyuan di provinsi Shanxi.
Satelit ini nantinya akan seperti konstelasi satelit Starlink milik perusahaan SpaceX Elon Musk. Sehingga, ini akan menjadi salah satu pesaing Starlink.
Proyek ini disebut sebagai proyek G60 atau Thousand Sails Constellation. Ini merupakan salah satu dari tiga jaringan satelit besar. Masing-masing diharapkan dapat mengirimkan 10 ribu satelit atau lebih.
1. Menegaskan kehadiran China di luar angkasa

Peluncuran itu dilakukan pada sore hari, sekitar pukul 14:42 waktu Beijing. 18 satelit yang dibawa tersebut dilaporkan sebagai bagian dari upaya China menegaskan kehadirannya di luar angkasa.
Dilansir Associated Press, media pemerintah China mengatakan roket Long March-6A telah mencapai orbit yang telah diprogram sebelumnya tanpa mengalami insiden. 18 satelit yang dibawa juga telah dikerahkan ke orbit yang ditentukan.
Satelit dalam proyek G60 ini, menjadi langkah bagi China di bidang internet satelit global. Mirip seperti satelit Starlink, satelit G60 China juga akan berada di orbit rendah Bumi (LEO) untuk menyediakan layanan komunikasi dan internet broadbad yang lebih luas dan berkualitas tinggi.
"Ini akan memungkinkan kita menjangkau lebih jauh di masa depan dan tetap terhubung selama keadaan darurat seperti bencana geologi," kata Zhu Xiaocheng, wakil komandan konstelasi tersebut.
2. China berupaya ciptakan teknologi dan infrastruktur penting versinya sendiri
Satelit-satelit milik perusahaan SSST juga akan ditempatkan di orbit yang sama dengan satelit milik Starlink, yakni sekitar 300 kilometer ingga 2.000 km dari permukaan bumi.
Dilansir Business Insider, tiga konstelasi jaringan besar satelit SSST merupakan bagian dari lusinan proyek luar angkasa ambisius dari China. Ini dipicu dorongan dari pemerintah pusat untuk memasukkan sektor swasta ke dalam pengembangan sains dan teknologinya.
Meski SSST adalah perusahan yang didukung pemerintah kota Shanghai, tapi mereka juga mengumpulkan dana dari investor swasta dan perusahaan milik negara.
China berupaya dapat menciptakan teknologi dan infrastruktur penting versinya sendiri. Hal ini sebagai upaya menjadikan industrinya mandiri dan terlindungi dari pengaruh tekanan asing.
3. Impikasi militer yang signifikan
Posisi ribuan satelit yang berada di LEO memiliki keunggulan. Selain biaya yang lebih murah, konstelasi satelit tersebut dapat memberikan transmisi yang jauh lebih efisien dibanding satelit orbit yang lebih tinggi.
Dilansir Reuters, kontrol atas satelit yang menempati ketingian tersebut punya implikasi militer yang signifikan.
Seperti peran Starlink yang membantu Ukraina dalam bertahan melawan invasi Rusia, satelit itu bisa membantu dalam komunikasi di medan perang. People Liberation Army (PLA) atau tentara China, telah menerbitkan beberapa laporan penilaian tentang ancaman Starlink terhadap kepentingan Beijing.
Starlink yang merupakan anak perusahaan SpaceX dilihat sebagai bagian dari hegemoni luar angkasa yang coba diciptakan oleh AS sehingga dapat memberi keuntungan militer luar angkasa sepihak.