Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Dokter Anak di Rusia Dipenjara Usai Dituduh Mengkritik Perang Ukraina

ilustrasi penangkapan (unsplash.com/mengmengniu)
ilustrasi penangkapan (unsplash.com/mengmengniu)
Intinya sih...
  • Dokter anak di Rusia dijatuhi hukuman penjara 5,5 tahun karena berkomentar negatif tentang tentara Rusia di Ukraina.
  • Ibu pasien dokter tersebut, Anastasia Akinshina, melaporkan Buyanova dan menyebarkan tuduhannya melalui video di saluran Telegram.
  • Sejak invasi Rusia ke Ukraina, pemerintah Rusia mengeluarkan undang-undang yang melarang menyebarkan informasi palsu secara luas dan menindak tegas kritik anti-perang.

Jakarta, IDN Times - Seorang dokter anak berusia 68 tahun, Nadezhda Buyanova, dijatuhi hukuman lima setengah tahun penjara oleh pengadilan Rusia di Moskow. Dokter tersebut dilaporkan oleh ibu dari pasiennya karena dituduh telah berkomentar negatif tentang tentara Rusia di Ukraina pada saat sesi konsultasi.

Buyanova kemudian didakwa oleh pengadilan telah menyebarkan informasi palsu tentang kampanye militer Rusia di Ukraina. Kasus Buyanova merupakan satu dari sekian banyak kasus di Rusia, yang dihukum penjara karena telah mengkritik invasi Rusia dan ekspresi sentimen antiperang.

1. Buyanova dilaporkan oleh mantan istri tentara Rusia yang tewas di Ukraina.

Buyanova dilaporkan oleh ibu anak pasiennya, Anastasia Akinshina, yang merupakan mantan istri tentara Rusia yang tewas pada perang Rusia-Ukraina. Akinshina menuduh dokter anak itu telah berkomentar buruk terhadap ayah anaknya, dengan menyebutnya ‘target sah Ukraina’ dan Rusia telah bersalah dalam perang di Ukraina.

Akinshina mengatakannya pada sebuah video yang diunggah di saluran Telegram dan sudah disaksikan oleh jutaan orang. Kasus ini semakin tersebar setelah mendapat tanggapan dari Kepala Komite Investigasi Rusia, Alexander Bastrykin, yang bersumpah menangani kasus ini dengan kendali pribadinya.

Meskipun Buyanova sudah membantah dan tidak ada bukti rekaman atau audio tentang perkataannya, ia tetap ditangkap pada Februari 2024 dan diadili pada hari Selasa (12/11/2024) dengan tuduhan menyebarkan informasi palsu.

Dilansir BBC, pengacara Buyanova, Oskar Cherdzhiyev, mengatakan bahwa hukuman yang diterima oleh dokter anak tersebut sangat berat, seraya menyayangkan karena begitu mudahnya seseorang dipenjara hanga sebab perkataan saja.

2. Buyanova mengaku tidak bersalah di pengadilan

Buyanova membantah tuduhan kepadanya dan mengatakan bahwa ia tidak mengatakan seperti yang dituduhkan. Dalam pengadilan, ia memohon untuk dibebaskan dan menurutnya jaksa penuntut telah gagal dalam menghadirkan bukti, serta tuduhan itu merupakan cerita karangan, yang dipicu kebencian penuduh terhadap Ukraina.

"Seorang dokter, terutama dokter anak, tidak mungkin mencelakai anak, ibunya, atau membuat trauma jiwa anak. Hanya monster yang mampu melakukan ini — dan kata-kata yang diduga saya katakan kepada mereka," kata Buyanova saat persidangan, dikutip dari CBS News.

Dilansir Reuters, banyak dokter yang juga turut memberikan pembelaan terhadap Buyanova dengan menulis surat terbuka. Petisi tuntutan pembebasannya bahkan sudah mengumpulkan lebih dari 6.000 tanda tangan.

3. Rusia banyak menindak pengkritik perang Rusia-Ukraina

Sejak terjadi invasi di Ukraina, Rusia mengeluarkan undang-undang yang melarang menyebarkan informasi palsu secara luas. Salah satunya adalah informasi palsu tentang tentara, yang dinilai bertujuan untuk membungkam kritik terhadap perang.

Dilansir The Guardian, pihak berwenang sudah menjadikan hampir 800 orang sebagai tahanan politik, banyak di antaranya yang mengkritik invasi Rusia, menurut catatan Memorial. Selain itu, pemerintah Rusia juga menindak tegas terhadap orang yang memiliki sentimen anti-perang, dan banyak yang berakhir di penjara.

Salah satunya adalah Sasha Skochilenko, seorang seniman dan musisi, yang dihukum 7 tahun penjara karena mengganti label harga supermarket dengan pesan anti-perang.

Tindakan pemerintah Rusia terhadap kritikan anti-perang dinilai telah memberikan ketakutan dan ancaman di tengah masyarakat. Sekitar 30 persen orang Rusia menyatakan takut untuk menyuarakan pendapatnya tentang invasi Rusia, bahkan di antara teman dan keluarga.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Muhammad Irfan
EditorMuhammad Irfan
Follow Us