Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Dokter di Gaza Sebut Israel Sengaja Targetkan Anak-anak

Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza (Jaber Jehad Badwan, CC BY-SA 4.0 <https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0>, via Wikimedia Commons)
Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza (Jaber Jehad Badwan, CC BY-SA 4.0 <https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0>, via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • Luka disebabkan oleh tembakan jarak jauh dari sniper atau drone
  • Israel dituding melakukan genosida terhadap anak-anak di Gaza
  • Hampir 20 ribu anak tewas di Gaza
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Dokter asing yang bekerja sebagai relawan di Gaza mengatakan telah merawat lebih dari 100 anak yang tertembak di kepala dan dada. Menurut mereka, ini merupakan bukti jelas bahwa Israel sengaja menargetkan anak-anak di bawah umur.

Dalam kesaksian yang dikumpulkan oleh harian Belanda Volkskrant, 15 dari 17 dokter mengaku pernah menemui anak-anak di bawah 15 tahun yang mengalami luka tembak di kepala atau dada. Secara keseluruhan, mereka mengidentifikasi 114 kasus serupa selama misi mereka di Gaza. Sebagian besar dari anak tersebut meninggal, sementara yang lainnya selamat dengan luka parah.

“Ini bukan baku tembak. Ini adalah kejahatan perang,” kata dokter relawan asal Amerika Serikat (AS), Mimi Syed. Ia mendokumentasikan sedikitnya 18 kasus anak yang tertembak di kepala atau dada.

1. Luka tersebut disebabkan oleh tembakan jarak jauh dari sniper atau drone

Ahli bedah trauma asal California, Feroze Sidhwa, awalnya mengira kasus-kasus tersebut hanyalah insiden terisolasi. Namun, anggapannya berubah setelah ia menemukan beberapa anak lainnya di satu rumah sakit dengan luka tembak langsung di kepala. Belakangan, ia membandingkan catatannya dengan para dokter internasional lain yang bertugas di Gaza, dan menyadari bahwa kasus tersebut terjadi secara meluas.

“Ini adalah tembakan yang disengaja. Seseorang menarik pelatuk ke arah seorang anak kecil," ujarnya.

Ahli patologi forensik yang meninjau hasil rontgen memastikan luka-luka tersebut konsisten dengan tembakan jarak jauh dari sniper atau drone, bukan akibat serpihan ledakan. Mantan komandan angkatan darat Belanda, Mart de Kruif, mengungkapkan bahwa kemungkinan tembakan-tembakan itu terjadi secara tidak sengaja hampir nol, mengingat banyaknya kasus serupa yang dilaporkan.

“Jika ada banyak luka tembak di area dada dan kepala, itu bukan kerusakan sampingan — itu penargetan yang disengaja," kata de Kruif.

2. Israel dituding melakukan genosida terhadap anak-anak di Gaza

Ini bukan pertama kalinya sebuah investigasi menemukan bahwa Israel sengaja menargetkan anak-anak. Pada Agustus lalu, BBC melaporkan lebih dari 160 kasus anak-anak di Gaza yang ditembak oleh pasukan Israel, dengan 95 di antaranya mengenai kepala atau dada. Insiden itu berlangsung sejak minggu-minggu awal perang pada Oktober 2023 hingga Juli 2025.

Dalam laporan yang dirilis pada Desember 2024 berjudul Generation Wiped Out: Gaza’s Children in the Crosshairs of Genocide, Pusat Hak Asasi Manusia Palestina (PCHR) menyatakan bahwa Israel melakukan genosida terhadap anak-anak di Gaza. Israel disebut secara sengaja membunuh anak-anak, menimbulkan kerugian fisik dan mental yang parah, dan memaksa mereka berada dalam kondisi yang dimaksudkan untuk menghancurkan mereka.

“Serangan pasukan pendudukan Israel sengaja menargetkan anak-anak dengan menyerang daerah pemukiman dan tempat penampungan, sehingga menyebabkan sebagian besar korban jiwa adalah anak-anak,” kata Raji Sourani, direktur PCHR, dikutip dari Al Jazeera.

3. Hampir 20 ribu anak tewas di Gaza

Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, lebih dari 64 ribu warga Palestina telah tewas sejak perang Israel di wilayah tersebut meletus pada Oktober 2023. Dari jumlah tersebut, hampir 20 ribu di antaranya adalah anak-anak.

Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), rata-rata 28 anak terbunuh setiap harinya di Gaza akibat operasi militer Israel dan pembatasan terhadap pengiriman bantuan kemanusiaan. Laporan Komite Hak-Hak Penyandang Disabilitas PBB pada September juga mencatat sedikitnya 21 ribu anak di Gaza menjadi penyandang disabilitas selama perang.

Israel secara konsisten membantah menembak warga sipil Palestina secara sengaja. Namun, beberapa tentara mengakui bahwa hal itu memang terjadi. Breaking the Silence, sebuah organisasi veteran militer Israel, mengungkapkan bahwa para tentara diperintahkan untuk menembak siapa pun yang memasuki wilayah tertentu.

“Dewasa, laki-laki — bunuh,” kata seorang kapten dalam laporan investigatif The Perimeter.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us

Latest in News

See More

PM Baru Nepal Janji Penuhi Tuntutan Gen Z, Apa Itu?

17 Sep 2025, 06:09 WIBNews