Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Warga Palestina Tetap Bertahan di Gaza Meski Digempur Israel

serangan Israel di Gaza (Tasnim News Agency, CC BY 4.0 , via Wikimedia Commons)
serangan Israel di Gaza (Tasnim News Agency, CC BY 4.0 , via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • Rencana evakuasi massal Israel disebut tidak masuk akal
  • Militer Israel janji akan hancurkan lebih banyak gedung bertingkat
  • Korban jiwa di Gaza tembus lebih dari 64.700 orang
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Sekitar satu juta warga Palestina masih bertahan di Kota Gaza meski Israel telah beberapa kali mengeluarkan perintah evakuasi. Sebagian besar dari mereka menolak untuk pergi karena alasan kelelahan dan kurangnya sumber daya.

Dalam beberapa hari terakhir, militer Israel telah mengintensifkan serangan terhadap Kota Gaza dalam upaya merebut wilayah tersebut. Mereka mengebom gedung-gedung tinggi seraya mempersiapkan tahap aksi militer berikutnya untuk menyerang apa diklaim sebagai benteng terakhir Hamas.

“Suka atau tidak, (Perdana Menteri Israel) Netanyahu, kami tidak akan pergi. Pergi dan hadapi Hamas, pergi dan bunuh mereka. Kami tidak bisa disalahkan. Dan bahkan jika kami dikuburkan di sini, kami tidak akan pergi. Ini adalah tanah saya,” kata warga bernama Ammar Sukkar kepada BBC.

Wael Shaban, yang tinggal di dekat salah satu gedung yang menjadi sasaran bom Israel, mengatakan mereka hanya diberikan waktu 15 menit untuk melarikan diri sebelum serangan terjadi.

“Ketika kami kembali, tenda, tepung, semuanya hilang. Tidak ada yang tersisa. Semua ini untuk memaksa kami pergi ke selatan, tapi kami tidak punya uang untuk pergi. Kami bahkan tidak mampu membeli tepung untuk makan. Transportasi ke selatan harganya 1.500 shekel,” ujarnya.

1. Rencana evakuasi massal Israel disebut tidak masuk akal

Militer Israel telah memerintahkan satu juta penduduk Kota Gaza untuk pergi ke zona kemanusiaan di selatan, di mana diklaim terdapat banyak tempat berlindung, makanan dan air. Namun, organisasi bantuan mengatakan bahwa tujuan yang dimaksud sudah sangat padat, serta kekurangan makanan dan sumber daya medis.

Komite Palang Merah Internasional (ICRC) menyatakan bahwa tidak ada tempat di Gaza yang saat ini dapat menampung pergerakan orang dalam jumlah besar. Pihaknya menyebut menyebut rencana evakuasi massal itu sebagai hal yang tidak dapat dipahami dan mustahil dilakukan.

Dilansir dari The New Arab, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada Rabu (10/9/2025), mengatakan bahwa para pekerjanya akan tetap berada di Kota Gaza untuk membantu warga yang masih bertahan di sana. Adapun setengah dari rumah sakit yang masih berfungsi di Jalur Gaza berada di kota tersebut.

2. Militer Israel janji akan hancurkan lebih banyak gedung bertingkat

Dilansir dari Anadolu, militer Israel berjanji akan terus melanjutkan penghancuran gedung-gedung permukiman bertingkat di Kota Gaza sebagai bagian dari operasi darat yang bertujuan menguasai seluruh kota.

"Pasukan Israel telah menargetkan blok apartemen untuk memperluas operasi melawan Hamas di Kota Gaza, dan akan meningkatkan serangan serupa dalam beberapa hari mendatang," kata juru bicara militer berbahasa Arab, Avichay Adraee, dalam unggahan di media sosial X pada Kamis (11/9/2025). Ia mengklaim bahwa gedung-gedung tersebut merupakan ancaman langsung bagi tentara.

Warga, organisasi hak asasi manusia, dan Hamas membantah klaim tersebut, dengan mengatakan bahwa gedung-gedung itu merupakan bangunan sipil.

Operasi militer Israel ini merupakan bagian dari operasi darat bernama “Gideon’s Chariots 2”, yang diluncurkan pada 3 September lalu. Tindakan tersebut memicu kritik baik di dalam maupun luar Israel. Para pengkritik memperingatkan bahwa operasi itu dapat membahayakan nyawa tentara maupun sandera yang masih ditahan di wilayah tersebut.

3. Korban jiwa di Gaza tembus lebih dari 64.700 orang

Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, sedikitnya 126 warga Palestina, termasuk 26 anak-anak, telah meninggal akibat kondisi terkait malnutrisi sejak kelaparan diumumkan di Kota Gaza pada 22 Agustus lalu. Sepanjang perang, 404 orang, termasuk 141 anak-anak, telah meninggal akibat malnutrisi.

Sejak Oktober 2023, perang Israel di Gaza telah menewaskan sedikitnya 64.718 warga Palestina dan melukai 163.859 lainnya. Puluhan ribu jenazah juga diyakini masih terkubur di bawah reruntuhan.

Orang-orang menjadi sasaran pembunuhan saat mencari makanan di posko bantuan. Sedikitnya 2.465 orang tewas dan lebih dari 17.948 lainnya terluka sejak Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF), lembaga kontroversial yang didukung Israel dan Amerika Serikat (AS), mulai beroperasi pada 27 Mei.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us

Latest in News

See More

Otoritas Taiwan Tolak Indomie Soto Banjar, Gak Sesuai Standar

12 Sep 2025, 10:11 WIBNews