Donald Trump Perpanjang Tenggat Penjualan TikTok Selama 75 Hari

- Trump memperpanjang tenggat waktu penjualan TikTok selama 75 hari, setelah hampir selesai kesepakatan penjualan TikTok.
- China menarik diri dari kesepakatan setelah pengumuman tarif tambahan oleh Trump, menghambat proses negosiasi.
- Berbagai perusahaan besar tertarik untuk mengakuisisi TikTok, termasuk Amazon, Microsoft, Blackstone, Oracle, dan beberapa miliarder terkemuka.
Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan perpanjangan tenggat waktu penjualan TikTok selama 75 hari pada Jumat (4/4/2025). Perpanjangan ini diumumkan hanya sehari sebelum batas waktu sebelumnya berakhir pada Sabtu (5/4/2025).
Keputusan ini muncul setelah kesepakatan penjualan TikTok yang hampir rampung gagal akibat pengumuman tarif baru terhadap China. Ini adalah perpanjangan kedua setelah Trump pertama kali menundanya saat mulai menjabat pada Januari lalu.
"Pemerintahan saya telah bekerja sangat keras untuk menyelamatkan TikTok, dan kami telah membuat kemajuan luar biasa. Kesepakatan ini membutuhkan lebih banyak waktu untuk memastikan semua persetujuan yang diperlukan ditandatangani," tulis Trump di platform Truth Social.
Perpanjangan ini memberi kelonggaran bagi 170 juta pengguna TikTok di AS. Sebelumnya, undang-undang yang ditandatangani Joe Biden mewajibkan ByteDance menjual aplikasi tersebut atau dilarang beroperasi di AS karena dianggap mengancam keamanan nasional.
1. Kesepakatan gagal setelah pengumuman tarif
Melansir CNN, kesepakatan penjualan TikTok sebenarnya hampir selesai pada Rabu (2/4/2025). Trump seharusnya akan menyetujuinya melalui perintah eksekutif pada akhir pekan ini. Rencana kesepakatan tersebut akan mengalihkan operasi TikTok AS ke perusahaan baru yang dikontrol investor AS.
ByteDance diketahui akan mempertahankan saham minoritas sebesar 20 persen dalam perusahaan baru tersebut. Angka ini sesuai dengan ketentuan regulasi yang menyatakan ByteDance tidak boleh memiliki lebih dari 20 persen platform tersebut.
Namun, situasi berubah setelah Trump mengumumkan tarif tambahan sebesar 34 persen terhadap China. Perwakilan ByteDance langsung menginformasikan Gedung Putih bahwa China menarik diri dari kesepakatan.
"ByteDance sudah berdiskusi dengan pemerintah AS tentang solusi untuk TikTok, tapi kesepakatan belum tercapai. Masih ada masalah penting yang harus diselesaikan dan semua kesepakatan harus disetujui pemerintah China," kata juru bicara ByteDance pada Jumat (4/4/2025), dilansir dari BBC.
Melansir NBC, Wakil Presiden AS JD Vance yang memimpin negosiasi TikTok sebelumnya telah yakin kesepakatan akan tercapai sebelum batas waktu 5 April. Vance dan timnya telah bernegosiasi selama hampir dua bulan dengan calon investor dan pejabat ByteDance.
2. AS-China akan negosiasi masalah tarif dan TikTok bersamaan
Tarif yang diumumkan Trump telah menjadi penghalang utama kesepakatan TikTok. Perwakilan ByteDance memberitahu Gedung Putih bahwa China tidak akan menyetujui kesepakatan sampai ada negosiasi mengenai tarif tersebut. China menghadapi tarif agregat sebesar 54 persen pada barang yang diimpor ke AS dan telah membalas dengan 34 persen tarif balik.
Sumber yang dekat dengan negosiasi mengatakan Trump yakin mundurnya China dari kesepakatan akan memaksa kedua negara bernegosiasi TikTok dan tarif bersamaan. AS optimis kesepakatan TikTok tercapai jika kedua negara sepakat saling menurunkan tarif.
"Kami berharap terus bekerja dengan itikad baik bersama China, yang saya tahu tidak senang dengan tarif timbal balik kami. Ini membuktikan bahwa tarif adalah alat Ekonomi paling kuat dan sangat penting untuk keamanan nasional," tulis Trump dalam unggahannya, dikutip dari NPR.
3. Prospek masa depan TikTok di AS
Sejumlah perusahaan besar telah menyatakan minat untuk mengakuisisi TikTok. Amazon dilaporkan telah mengajukan tawaran mendadak ke Gedung Putih. Perusahaan lain yang tertarik termasuk Microsoft, perusahaan ekuitas swasta Blackstone, dan Oracle.
Oracle, yang dipimpin sekutu Trump, Larry Ellison, menjadi kandidat utama untuk memimpin koalisi investor. Pada masa jabatan pertama Trump, Oracle juga pernah ditunjuk untuk mengambil alih TikTok namun gagal karena tidak mendapat persetujuan dari China.
Beberapa nama lain yang tertarik membeli TikTok adalah miliarder Frank McCourt bersama pengusaha Kanada Kevin O'Leary, serta Alexis Ohanian pendiri Reddit. Trump menyebutkan pemerintahannya telah berkomunikasi dengan empat kelompok yang berminat pada kesepakatan ini.
Para ahli hukum menilai penundaan Trump lewat perintah eksekutif melanggar undang-undang federal. Undang-undang mengharuskan beberapa syarat terpenuhi sebelum penundaan diizinkan.
"Kongres bisa mendesak Trump menghentikan perilaku melanggar hukum ini. Perpanjangan pertama sudah salah, melanggar maksud Kongres untuk melindungi keamanan nasional. Tindakan ini hanya memperumit masalah," kata Carl Tobias, profesor di Sekolah Hukum Universitas Richmond.