Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Eks Ketua Rabi Rusia Sebut Kaum Yahudi di Negaranya Terancam 

Eks kepala rabi Rusia Pinchas Goldschmidt (twitter.com/PinchasRabbi)
Eks kepala rabi Rusia Pinchas Goldschmidt (twitter.com/PinchasRabbi)

Jakarta, IDN Times - Mantan kepala rabi Rusia, Pinchas Goldschmidt, memperingatkan memperingatkan pada Kamis (28/7/2022), tentang "awan gelap di cakrawala" bagi kaum Yahudi Rusia. Hal tersebut tak lepas dari invasi Rusia di Ukraina sejak 24 Februari 2022 lalu.

Dia mengatakan langkah kaum Yahudi di Rusia dipaksa untuk mendukung perang di Ukriana. Padahal, mereka mengklaim komunitasnya tak mendukung perang yang berlangsung selama kurang lebih enam bulan itu. 

1. Keamanan kaum Yahudi di Rusia bergantung pada hubungan diplomasi Rusia-Israel

ilustrasi bendera Israel dan bendera Rusia (id.depositphotos.com)
ilustrasi bendera Israel dan bendera Rusia (id.depositphotos.com)

Pinchas Goldschmidt, yang meninggalkan Rusia pada bulan Maret karena penentangan terhadap perang tersebut, mengatakan bahwa "komunitas Yahudi ditekan ... untuk secara terbuka mendukung perang. Komunitas kami tidak mendukung perang."

"keamanan dan masa depan mereka...tergantung pada hubungan Israel-Rusia," tambahnya, dilansir The Moscow Times.  Israel telah berusaha untuk berjalan dengan hati-hati untuk mempertahankan hubungan dengan Rusia.

Bahkan, Israel sempat menawarkan diri sebagai mediator antara Ukraina-Rusia walau pada akhirnya gagal. Pinchas Goldschmidt menambahkan, “Jika saya [tetap] menjadi kepala rabi Moskow, saya tidak akan dapat berbicara secara terbuka. tanpa membahayakan komunitas saya."

2. Ada 16 ribu kaum Yahudi Rusia yang mengungsi ke Israel sejak invasi Ukraina

bendera Israel (pixabay.com/edu_castro27)
bendera Israel (pixabay.com/edu_castro27)

Sejak invasi Rusia di Ukraina, sudah ada 16 ribu kaum Yahudi yang mengungsi ke Israel, dilansir France 24. PM Israel Yair Lapid merupakan salah satu kepala negara yang mengecam invasi Rusia secara terang-terangan. 

Pernyataan Lapid itu telah mendorong langkah Moskow untuk menutup cabang Jewish Agency, tulis The Atlantic. Badan tersebut merupakan badan yang memproses imigrasi orang Yahudi dari diaspora ke Israel.

Lapid telah memperingatkan Moskow bahwa penutupan itu akan menjadi "peristiwa serius" yang mengancam hubungan bilateral. Kremlin mengatakan langkah itu tidak boleh "dipolitisasi", menyebutnya sebagai masalah hukum murni.

3. Terdapat kekhawatiran anti-semitisme di Rusia meningkat

Goldschmidt memperkirakan bahwa lebih dari 30 ribu pemegang paspor ganda lainnya telah meninggalkan Rusia ke Israel sejak 24 Februari. Orang-orang Yahudi meninggalkan Rusia dalam jumlah besar sebagian karena ketakutan akan "Tirai Besi baru - bahwa suatu hari tidak mungkin untuk pergi."

Memang terdapat kekhawatiran bagi kaum Yahudi Rusia bahwa Presiden Putin akan melarang kepergian menuju Israel.  Dia mengatakan langkah Moskow melawan Jewish Agency akan memupuk "ketakutan akan meningkatnya anti-semitisme."

Ancaman Rusia terhadap badan tersebut sebagai bagian dari upaya untuk memperlambat emigrasi massal. "Jika Rusia ingin menghentikan keluarnya para ilmuwan dan kelas kreatif terbaiknya, cara terbaik untuk melakukannya bukan dengan menutup Jewish Agency, tetapi dengan menghentikan perang ini," kata Goldschmidt, dilansir France 24.

Populasi kaum Yahudi di Rusia sendiri mencapai 9,4 juta orang. Kebanyakan dari mereka menentang invasi Rusia di Ukraina yang telah membuat banyak korban berjatuhan dari kalangan warga sipil. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us