Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Eks Presiden Botswana Kembali dari Pengasingan untuk Hadapi Dakwaan

Ilustrasi bendera Botswana. (Pixabay.com/jorono)
Ilustrasi bendera Botswana. (Pixabay.com/jorono)

Jakarta, IDN Times - Mantan Presiden Botswana, Ian Khama, kembali ke negaranya setelah hampir tiga tahun mengasingkan diri karena perseteruan dengan Presiden Mokgweetsi Masisi. Dia kembali saat sedang menghadapi kasus pidana dan muncul di pengadilan pada Jumat (13/9/2024).

Khama menjabat sebagai presiden selama 10 tahun hingga 2018. Dia merupakan putra dari Seretse Khama, pemimpin kemerdekaan, yang kemudian menjadi presiden pertama Botswana pada 1960.

1. Surat perintah penangkapan dibatalkan

Ilustrasi penangkapan. (Pexels.com/Kindel Media)
Ilustrasi penangkapan. (Pexels.com/Kindel Media)

Pengacara Khama, Unoda Mack, meminta agar surat perintah penangkapan dibatalkan dan permintaan itu telah dikabulkan. Dia menghadapi 14 dakwaan, termasuk kepemilikan senjata api ilegal dan pencucian uang.

"Mereka menginginkannya, kami membawanya. Surat perintah penangkapan telah dibatalkan. Dia akan hadir di pengadilan, dia akan datang. Dia datang sendiri," kata Mack, dikutip dari VOA News.

Khama, pemimpin partai oposisi Front Patriotik Botswana (BPF), telah membantah tuduhan pidana tersebut dan mengatakan itu adalah bagian dari penganiayaan yang dilakukan oleh Masisi. Khama memilih Masisi untuk menggantikannya pada 2018.

Sebelumnya, Masisi mengatakan Khama harus kembali menghadapi hukum dan membantah tuduhan penganiayaan terhadap pendahulunya. Mantan presiden akan hadir di pengadilan lagi pada 23 September.

Lawrence Ookeditse, sekretaris jenderal BPF, mengatakan Khama kembali untuk melawan tuduhan palsu tersebut.

“Dia pergi ke pengadilan magistrat untuk mencoba membatalkan surat perintah penangkapan palsu yang diberikan kepadanya,” kata Ookeditse.

2. Akan ikut kampanye

Ilustrasi pemilu/ kampanye. (FOTO: IDN Times/ Agung Sedana)
Ilustrasi pemilu/ kampanye. (FOTO: IDN Times/ Agung Sedana)

Khama kembali hanya beberapa minggu sebelum Botswana menyelenggarakan pemilihan umum pada 30 Oktober. Ookeditse mengatakan mantan presiden akan berpartisipasi dalam kampanye untuk partainya.

"Kami sangat konsisten dan Jenderal Khama juga sangat konsisten dalam hal kami akan membuat kejutan dalam pemilu ini dan dia akan turun ke lapangan untuk berkampanye bagi BPF, karena kami akan melakukan apa pun yang kami bisa untuk melakukan perubahan rezim secara demokratis di Botswana," kata Ookeditse.

Meski ikut berkampanye, ia tidak mencalonkan diri dalam pemilihan bulan depan, di mana pesaing beratnya Masisi sedang mencari masa jabatan kedua.

3. Perselisihan dengan presiden

Presiden Botswana Mokgweetsi Masisi. (X.com/Botswana Government)
Presiden Botswana Mokgweetsi Masisi. (X.com/Botswana Government)

Dilansir dari BBC, selama menjabat sebagai presiden, Khama dipuji karena berusaha mendiversifikasi ekonomi yang sangat bergantung pada produksi berlian. Namun, sejak Masisi menjabat, ia telah membalikkan beberapa kebijakan pendahulunya, yang disebut menjadi penyebab keretakan hubungan keduanya.

Menurut survei dari Afrobarometer, warga Botswana merasa semakin khawatir tentang korupsi, termasuk pemberian kontrak pemerintah yang besar kepada kerabat pejabat.

Selama di pengasingan, Khama menetap di Afrika Selatan. Dia telah menyewa pengawal pribadi, meski berhak atas perlindungan yang didanai negara. Hal itu dilakukan karena ketidakpercayaan terhadap pemerintah saat ini.

Mantan jenderal angkatan darat itu dikenal suka menerbangkan pesawat, tapi dilaporkan telah dilarang menggunakan armada negara karena perseteruannya dengan Masisi memburuk.

Dia baru-baru ini mengklaim ada rencana untuk meracuninya jika kembali ke Botswana.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
Rama
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Rama
EditorRama
Follow Us