Eks Wamenlu Rusia: Presiden Putin Ingin Invasi Berakhir 2 Maret

Jakarta, IDN Times - Mantan Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Andrei Fedorov, mengatakan bahwa Presiden Vladimir Putin berencana untuk menyelesaikan operasi militer di Ukraina dengan kemenangan pada 2 Maret 2022.
Dilansir Al Jazeera, Fedorov juga berharap, dialog antara Kiev dan Moskow dapat terealisasi, meski Kremlin tetap melanjutkan operasi militernya.
“Seharusnya ada pembicaraan yang berlangsung tanpa prasyarat. Saya tahu posisi teman-teman saya di Kiev dan kepemimpinan Ukraina. Mereka siap untuk duduk dan berbicara, tetapi tanpa prasyarat,” kata dia.
1. Sanksi Barat lebih berat dari yang diprediksi
Fedorov juga mengatakan, perlawanan di Ukraina dan sanksi yang dijatuhkan Barat lebih kuat dari yang diperkirakan Rusia sebelum memulai invasi, mengingat posisi Rusia sebagai salah satu negara penyuplai minyak dan gas terbesar di dunia.
“Mereka (negara-negara Barat) selalu berpikir bahwa kami (Rusia) adalah negara besar, kami adalah negara yang hebat. Kami menyediakan Anda dengan gas dan minyak. Anda tidak akan pernah menggunakan sanksi semacam itu. (Tapi), itulah kenyataan hari ini (sanksi yang dijatuhkan jauh dari prediksi) dan itu menyebabkan banyak masalah di sini (Rusia) sekarang,” ujar Federov.
2. Uni Eropa siap berikan bantuan senjata kepada Ukraina
Sekutu Barat Ukraina telah menjatuhkan sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya, sebagai tanggapan atas invasi darat, laut, dan udara yang dilancarkan Rusia.
"Untuk pertama kalinya, Uni Eropa (UE) akan membiayai pembelian dan pengiriman senjata dan peralatan lainnya ke negara yang sedang diserang," kata Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen.
Dia menambahkan, UE akan menutup wilayah udaranya untuk pesawat Rusia, termasuk jet pribadi oligarki Rusia.
Blok tersebut akan melarang jaringan televisi milik Rusia, Russia Today, dan kantor berita Sputnik. Von der Leyen mengungkapkan, tujuan sanksi ini adalah supaya Rusia tidak dapat menyebarkan kebohongannya.
“Kebohongan mereka digunakan untuk membenarkan aksi Putin dan menabur perpecahan di blok kita,” tutur von der Leyen.
3. Kedua negara sepakat untuk mengadakan dialog
Sebagai informasi, Ukraina-Rusia telah sepakat untuk mengadakan pembicaraan di dekat Sungai Pripyat, perbatasan Ukraina-Belarus. Dialog itu akan menjadi yang pertama, sejak Rusia mengumumkan invasi skala penuh pada Kamis pekan lalu.
Kesepakatan dialog terjalin setelah Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, berbicara dengan Presiden Belarus Alexander Lukashenko, melalui sambungan telepon.
Kremlin telah menegaskan, ketika nantinya dialog berjalan, operasi militer Rusia di Ukraina tidak akan berhenti.