Erdogan Tuding Finlandia dan Swedia Dukung Terorisme

Jakarta, IDN Times - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menuding Finlandia dan Swedia mendukung terorisme. Atas dasar ini pula, Turki tidak akan membiarkan dua negara ini masuk ke Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO.
Finlandia dan Swedia resmi mendaftarkan diri untuk bergabung ke NATO pada pertengahan Mei kemarin. Sementara itu, Amerika Serikat (AS) menjamin kedua negara Nordik ini aman dari jegalan Turki untuk melenggang bebas masuk ke NATO.
1. Erdogan sebut Finlandia dan Swedia mendukung terorisme

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan bahwa kedua negara Nordik ini besar kemungkinannya akan diterima NATO, namun 30 negara anggota harus dengan suara bulat menyetujui aplikasi dua negara ini.
“Selama Tayyip Ergogan adalah presiden Turki, kami pasti tidak bisa mengatakan ‘ya’ kepada negara-negara yang mendukung terorisme masuk NATO,” kata Erdogan, dikutip dari Fox News, Senin (30/5/2022).
Turki menuding Finlandia dan Swedia mendukung kegiatan Partai Pekerja Kurdistan atau PKK, yang dianggap Turki dan AS adalah kelompok teroris. PKK sendiri telah berperang dengan Turki sejak 1984 silam.
2. AS percaya diri Turki dapat menerima Finlandia dan Swedia

Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken meyakini bahwa Turki akan dapat mengatasi perbedaannya dengan Swedia dan Finlandia.
“AS mendukung penuh Finlandia dan Swedia bergabung dengan NATO dan saya yakin bahwa kedua negara akan segera menjadi sekutu NATO,” ujar Blinken.
Menurut Blinken, Finlandia dan Swedia bisa berbicara langsung dengan Truki dan bekerja sama mengatasi kekhawatiran yang telah diangkat Turki serta menemukan solusi untuk mengatasinya,” sambung dia.
3. Rusia menganggap masuknya dua negara ke NATO sebagai ancaman

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan bahwa Rusia memandang masuknya Finlandia dan Swedia ke NATO sebagai ancaman. Meski demikian, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov tidak menganggap masuknya kedua negara itu sebagai masalah yang besar.
Proses untuk bergabung dengan NATO biasanya memakan waktu delapan bulan hingga satu tahun. Namun, aliansi terebut telah mengindikasikan ingin mempercepat proses masuknya Finlandia dan Swedia di tengah invasi Rusia ke Ukraina.