Erdogan ke Macron: Turki Kekeh Gak Mau Finlandia-Swedia Gabung NATO

Jakarta, IDN Times - Presiden Prancis, Emmanuel Macron, pada Kamis (26/5/2022) melakukan panggilan telepon dengan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan. Dua negara sekutu NATO itu membicarakan beberapa masalah, di antaranya perang Rusia-Ukraina.
Dalam laman resmi pemerintah Turki, kedua pemimpin itu juga membicarakan masalah regional dan aplikasi Swedia-Finlandia yang ingin bergabung NATO. Erdogan kembali menegaskan hubungan dua negara Nordik dengan kelompok Kurdi, yang dianggap teroris, tidak sesuai dengan semangat NATO.
Di sisi lain, Macron meminta Erdogan untuk menghormati pilihan berdaulat dua negara tersebut. Hal itu didasarkan pada situasi lingkungan keamanan mereka yang dinilai terancam akibat invasi Rusia ke Ukraina.
1. Turki ingin perdamian segera Rusia-Ukraina

Bericara di telepon dengan Macron, Presiden Erdogan mengatakan bahwa Turki menginginkan perdamaian segera di antara dua pihak yang bertikai.
Menurut Daily Sabah, Erdogan juga menekankan bahwa Ankara akan terus mempromosikan dialog dan diplomasi lain dalam masalah tersebut.
Terkait Swedia-Finlandia yang ingin bergabung NATO, Erdogan kembali menekankan bahwa hubungan dua negara Nordik itu dengan organisasi kelompok Kurdi (PKK/YPG), yang dinilai Turki sebagai teroris, bertentangan dengan semangat aliansi NATO.
PKK/YPG sendiri adalah kelompok yang sebenarnya telah masuk dalam daftar teroris Turki, Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (EU). Kelompok tersebut telah melancarkan perjuangan melawan Ankara sejak tahun 1984.
2. Macron minta Erdogan hormati pilihan berdaulat Swedia-Finlandia
Presiden Macron memiliki harapan bahwa Turki tidak akan memveto keinginan Swedia-Finlandia bergabung dengan pakta pertahanan trans-Atlantik. Dia meminta agar Presiden Erdogan menghormati pilihan berdaulat dua negara Nordik tersebut.
"Presiden (Macron) menggarisbawahi perlunya menghormati pilihan berdaulat kedua negara ini, yang muncul dari proses demokrasi dan sebagai reaksi terhadap perubahan lingkungan keamanan mereka," kata kantor Macron dikutip dari France24.
"Dia berharap diskusi akan terus menemukan solusi dengan cepat," tambah pernyataan tersebut.
3. Turki-Rusia sedang bicarakan pembukaan koridor ekspor gandum Ukraina

Selama panggilan telepon antara Macron dan Erdogan, kedua pemimpin sepakat untuk melanjutkan upaya ekspor gandum Ukraina ke pasar global. Hal itu sebagai cara untuk menghindari kekurangan pangan yang mengancam negara-negara berkembang.
Turki dikabarkan telah mendiskusikan dengan Rusia dan Ukraina agar dibuka koridor ekspor gandum Ukraina.
"Turki sedang bernegosiasi dengan Rusia dan Ukraina untuk ekspor biji-bijian dari Ukraina," kata pejabat senior Ankara, yang tidak mau menyebutkan namanya, dikutip dari Reuters.
"Dengan dibukanya koridor dari Turki, ada permintaan biji-bijian ini untuk mencapai pasar yang ditargetkan. Negosiasi masih berlangsung," tambahnya.
Sejak Rusia melancarkan perang, semua pelabuhan Ukraina diblokade sehingga mengganggu pengiriman pasokan gandum. Kiev telah berusaha mati-matian untuk mencari jalur darat, tapi Laut Hitam dinilai masih menjadi rute tercepat untuk pengiriman.