Es Mencair, Suku Sherpa di Everest Khawatir Rumah Hanyut

- Desa Thame di Nepal mengalami banjir es karena danau glasial meletus, memaksa 60 orang mengungsi dan banyak bangunan hancur.
- Banjir bandang terjadi saat siang hari, tidak ada korban jiwa, namun banyak bangunan rusak total akibat terkena banjir.
- Peningkatan suhu dan curah hujan tinggi menjadi penyebab mencairnya danau glasial di wilayah tersebut.
Pada ketinggian 3.800 m di wilayah Everest, Nepal, desa Thame yang biasanya dijadikan sebagai tempat peristirahatan para pendaki gunung kini menjadi zoba bencana. Pada 16 Agustus, desa ini dilanda banjir es setelah danau glasial menguap.
Bencana ini memaksa sekitar 60 orang untuk mengungsi, sementara banyak rumah, hotel, sekolah, dan klinik yang hancur akibat diterjang banjir. Akibat banjir ini, banyak penduduk desa yang berpikir tentang nasib tempat tinggal mereka dan apakah aman untuk tetap tinggal di
1. Warga desa terkejut akibat banjir
Banjir bandang dan tanah longsor yang menghantam desa Thame pada Jumat (16/08) dikonfirmasi sebagai akibat dari meletusnya danau glasial di kawasan tersebut. Untungnya, bencana ini terjadi saat siang hari, tidak malam hari, ketika semua penduduk masih terjaga dan peringatan banjir datang lebih cepat, serta hanya sedikit orang yang berada di desa itu karena sedang tidak musim liburan.
Telah dikonfirmasi tidak ada korban jiwa ataupun luka-luka dalam peristiwa ini. Pihak berwenang melaporkan bahwa 93 penduduk desa yang berhasil menyelamatkan diri ke daerah yang lebih tinggi atau yang selamat akan ditampung di kamp militer, sementara 42 penduduk lainnya ditampung sementara di gedung masyarakat. Banyak bangunan, seperti sekolah, klinik kesehatan, dan 15 rumah, telah rusak total akibat terkena banjir bandang dan tanah longsor.
Kantor Pemerintah Daerah Solukhumbu memberikan konfirmasi bahwa banjir di Thame diakibatkan oleh meletusnya dua danau glasial dari lima danau yang terdapat di atas wilayah tersebut. Meskipun satu danau sudah dikatakan aman, tetapi dua danau lainnya masih beresiko meletus.
Penyebab utama mencairnya danau glasial telah dijelaskan oleh Departemen Hidrologi dan Meteorologi. Perubahan iklim dan peningkatan suhu di wilayah tersebut menjadi penyebab utama mencairnya danau glasial. Suhu rata-rata harian di wilayah Thame mulai meningkat sejak 9 Agustus, naik dari 9,7 derajat Celsius menjadi 11 derajat Celsius. Lonjakan suhu terbesar terjadi ketika hari terjadinya banjir, dimana suhu meningkat hingga 15 derajat Celsius. Selain itu, luapan danau juga dipicu dengan curah hujan yang tinggi.
2. Warga masih syok setelah terjadi banjir bandang dan tanah longsor
Meskipun permukaan air sungai Thame telah menurun, tetapi tetap memberikan ancaman kepada penduduk di sepanang tepian sungai di daerah Khumbu dan Solu bagian bawah. Penduduk setempat mengungkapkan bahwa ancaman tersebut dapat dikurangi dengan mekanisme pemantauan yang tepat untuk danau glasial yang terletak di hulu sungai.
Ada beberapa danau yang terabaikan begitu saja, meskipun beberapa danau telah menjadi objek penelitian para ilmuwan dan otoritas. Sementara itu, kesiapsiagaan bencana tidak tersedia di banyak desa.
"Beberapa desa di hilir danau glasial Imja telah dilatih tentang cara berlari jika terjadi banjir, tetapi di desa kami tidak ada pelatihan sama sekali," kata Ibu Doma Sherpa.
Setelah terjadinya banjir bandang, penduduk desa masih syok dan bertanya-tanya, apakah tempat ini masih cukup aman untuk ditinggali sekarang. Sebagian penduduk Thame hidup dengan cara nomaden, dengan berpindah dari satu desa ke desa lain tergantung musim. Namun, pada kasus bencana ini, penduduk desa yang tinggal di hilir pun ikut terkena dampaknya.
3. Pembangkit listrik negara air rusak akibat banjir

Akibat banjir besar, waduh yang menjadi satu-satunya pembangkit listrik tenaga air juga ikut rusak. Pembangkit listrik berhenti berfungsi setelah adanya endapan lumpur dan puing di waduk. Akibatnya, pasokan listrik ke wilayah Thame terputus dan sistem telekomunikasi tidak berfungsi.
"Daerah tersebut tetap terputus dari dunia luar sejak bencana terjadi. Ini cukup mengerikan. Kami khawatir tentang dampak perubahan iklim yang terjadi secara perlahan, seperti berkurangnya sumber daya air, tetapi bencana ini menunjukkan betapa tidak aman dan rentannya kami," kata Mingma Sherpa, ketua klub pemuda di Namche.
Untuk mengurangi risiko bencana di desa Thame, Kepala NDRRMA, Anil Pokhrel, mengungkapkan bahwa pihak berwenang telah membentuk tim ahli yang akan mempelajari risiko yang muncul dari tiga danau yang tersisa di hulu desa Thame dan mempelajari apakah wilayah hilir cukup aman untu ditinggali atau tidak.
Namun, penduduk desa Sherpa mengatakan bahwa mereka lebih banyak berbicara dan lebih sedikit pengambilan tindakan selama bertahun-tahun terkait penanganan risiko akibat menguapnya danau glasial.