Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Israel Deportasi 32 Aktivis yang Bantu Petani Palestina di Tepi Barat

bendera Israel (unsplash.com/Taylor Brandon)
bendera Israel (unsplash.com/Taylor Brandon)
Intinya sih...
  • Para aktivis tidak pernah dihadapkan ke pengadilan
  • Musim panen zaitun tahun ini kerap diwarnai dengan kekerasan
  • Kekerasan terhadap warga Palestina meningkat sejak meletusnya perang di Gaza
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Israel, pada Rabu (22/10/2025), memerintahkan deportasi terhadap 32 aktivis asing yang mendukung petani Palestina dalam memanen zaitun di tengah meningkatnya serangan pemukim Israel di Tepi Barat yang diduduki.

Menurut Israel Hayom, para aktivis tersebut ditangkap pekan lalu di dekat kota Burin, wilayah Gubernur Nablus, ketika memprotes perintah umum Israel yang menyatakan bahwa hanya orang-orang yang terlibat langsung dalam kegiatan panen yang diizinkan berada di lahan pertanian selama musim panen berlangsung.

Menteri Dalam Negeri Yariv Levin dan Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir menyatakan bahwa para aktivis tersebut dideportasi karena diduga memiliki keterkaitan dengan Union of Agricultural Work Committees (UAWC), sebuah organisasi nirlaba yang mendukung petani Palestina tapi dicap sebagai organisasi teroris oleh Israel. Mereka juga dikenai larangan masuk ke negara itu selama 99 tahun.

1. Para aktivis tidak pernah dihadapkan ke pengadilan

Dilansir dari Arab News, salah satu aktivis yang dideportasi adalah Rudy Schulkind, warga negara Inggris berusia 30 tahun. Ia mengatakan bahwa dirinya ditahan oleh pasukan Israel selama 72 jam sebelum kemudian dideportasi pada 19 Oktober.

“Kami ditangkap setelah pihak Israel menyatakan area tempat kami memanen zaitun sebagai zona militer,” ujarnya, menuding langkah tersebut sebagai taktik yang sering digunakan Israel terhadap warga Palestina.

Schulkind menambahkan bahwa selama penahanan, ia dan para aktivis lainnya tidak pernah dihadapkan ke pengadilan.

Sementara itu, Direktur Jenderal UAWC, Fuad Abu Seif, menjelaskan bahwa para aktivis tersebut merupakan bagian dari Kampanye Nasional, yang diselenggarakan oleh sejumlah LSM Palestina dan Kementerian Pertanian Palestina. Ia mengungkapkan bahwa UAWC hanya menjadi anggota dalam kampanye tersebut, bukan penyelenggara utama.

2. Musim panen zaitun tahun ini kerap diwarnai dengan kekerasan

Menurut Komisi Perlawanan terhadap Tembok dan Permukiman, militer dan pemukim Israel telah melakukan 158 serangan terhadap para pemetik zaitun sejak awal musim panen tahun ini. Serangan tersebut mencakup berbagai bentuk pelanggaran, termasuk pemukulan, penangkapan massal, dan penembakan.

Sedikitnya 74 serangan menargetkan lahan perkebunan zaitun, termasuk 29 insiden di mana pohon dan lahan dirusak, digusur, atau dicabut. Secara keseluruhan, sebanyak 765 pohon zaitun dilaporkan hancur akibat tindakan tersebut.

“Kekerasan yang dilakukan para pemukim telah meningkat tajam dalam skala dan frekuensinya. Dua minggu setelah dimulainya musim panen pada 2025, kami telah menyaksikan serangan brutal yang dilakukan pemukim bersenjata terhadap pria, wanita, anak-anak Palestina, serta aktivis solidaritas asing,” kata Ajith Sunghay, kepala Kantor Hak Asasi Manusia PBB di wilayah Palestina, dalam pernyataan pada Selasa (21/10/2025)

PBB memperkirakan antara 80 ribu hingga 100 ribu keluarga Palestina bergantung pada hasil panen zaitun untuk mata pencaharian mereka, tambah Sunghay.

3. Kekerasan terhadap warga Palestina meningkat sejak meletusnya perang di Gaza

Dilansir dari Al Jazeera, serangan terhadap warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki semakin parak sejak meletusnya perang di Gaza. Menurut PBB, lebih dari 1.000 warga Palestina tewas dibunuh oleh militer atau pemukim Israel sejak Oktober 2023, sementara ribuan lainnya terpaksa mengungsi akibat serangan pemukim, pembatasan pergerakan dan penghancuran rumah.

Pada Minggu (19/10/2025), sejumlah pemukim Israel terekam mendatangi para pemanen zaitun dan aktivis Palestina di kota Turmus Aya, dan memukuli mereka dengan pentungan. Seorang perempuan terpaksa dilarikan ke rumah sakit karena mengalami luka serius.

Awal bulan ini, sedikitnya 36 orang, termasuk jurnalis, juga terluka ketika pemukim Israel menyerang para petani Palestina yang sedang memanen zaitun di daerah Jabal Qamas, Beita.

Lebih dari 700 ribu pemukim menetap di lebih dari 200 permukiman ilegal yang tersebar di Tepi Barat dan Yerusalem Timur. Mereka sering kali bersenjata dan biasanya didampingi atau dilindungi oleh tentara Israel.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us

Latest in News

See More

BGN Wajibkan SPPG Masak dengan Air Galon untuk Cegah Keracunan Makanan

24 Okt 2025, 10:02 WIBNews