Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Israel Sebut Kapal Madleen Langgar Blokade Lautnya

ilustrasi suara aktivis (pexels.com/Mikhail Nilov)
ilustrasi suara aktivis (pexels.com/Mikhail Nilov)
Intinya sih...
  • Kapal Madleen membawa bantuan simbolis ke Gaza, tetapi dicegat di perairan internasional oleh angkatan laut Israel. Pasukan Israel naik ke kapal dan menahan aktivis.
  • Sebanyak 12 aktivis dari berbagai negara ditahan setelah pencegatan kapal Madleen. Beberapa aktivis telah dideportasi atau sedang dalam proses deportasi, sementara yang lainnya masih ditahan di penjara.
  • Israel memberlakukan blokade darat, laut, dan udara di Gaza.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Greta Thunberg, aktivis lingkungan asal Swedia, dideportasi dari Israel pada Selasa (10/6/2025) setelah ditahan bersama 11 aktivis lain saat mencoba mengirim bantuan simbolis ke Gaza melalui laut. Kementerian Luar Negeri Israel mengonfirmasi keberangkatan Thunberg melalui penerbangan ke Swedia via Prancis, dan membagikan foto dirinya di pesawat melalui X.

Penahanan terjadi sehari sebelumnya di Pelabuhan Ashdod setelah angkatan laut Israel menghentikan kapal mereka. Kemlu Israel menyebut Thunberg dan aktivis lain berupaya melanggar blokade laut Israel yang berlaku sejak 2007.


“Saya mendesak semua teman, keluarga, dan rekan-rekan saya untuk memberikan tekanan kepada pemerintah Swedia untuk membebaskan saya dan yang lainnya secepat mungkin,” kata Thunberg dalam video yang direkam sebelumnya, dikutip dari BBC, Selasa (10/6/2025).


Video itu dirilis oleh kelompok aktivis, menunjukkan Thunberg memprotes pencegatan kapal di perairan internasional.

1. Freedom Flotilla dicegat pasukan Israel

Dilansir dari NBC News, kapal Madleen, yang dijuluki Freedom Flotilla oleh aktivis, berlayar dari Sisilia awal Juni 2025 untuk mematahkan blokade laut Israel terhadap Gaza. Kapal ini membawa bantuan simbolis guna menyoroti krisis kemanusiaan di wilayah tersebut. Pada Senin (9/6/2025), angkatan laut Israel mencegat kapal tersebut di perairan internasional.

Kelompok aktivis melaporkan kapal dikelilingi drone quadcopter dan disemprot zat iritan putih, dengan komunikasi yang diganggu. Rekaman video menunjukkan pasukan Israel naik ke kapal sementara penumpang mengangkat tangan. Kemlu Israel menyatakan semua penumpang dalam kondisi aman dan tidak terluka, serta diberi makanan dan air di pelabuhan Ashdod.

2 Aktivis asing hadapi proses hukum di Israel

Sebanyak 12 aktivis, termasuk warga Brasil, Prancis, Jerman, Belanda, Spanyol, dan Turki, ditahan setelah pencegatan Madleen. Adalah pusat hukum untuk hak minoritas Arab di Israel melaporkan bahwa empat aktivis termasuk dokter Prancis Baptiste André, telah dideportasi atau sedang dalam proses deportasi dari Tel Aviv. Delapan lainnya, termasuk aktivis Brasil Thiago Ávila dan anggota Parlemen Eropa Rima Hassan, tetap ditahan di penjara Givon, Ramla.

Lima dari enam warga Prancis, termasuk jurnalis Omar Faiad dari Al Jazeera dan Yanis Mhamdi dari Blast, menolak menandatangani perintah deportasi. Menurut Reporters Without Borders, kedua jurnalis sedang mendokumentasikan perjalanan Madleen. Freedom Flotilla Coalition (FFC) mengonfirmasi semua aktivis dipindahkan ke Ashdod, dengan mereka yang menolak deportasi dibawa ke fasilitas penahanan.

3. Blokade Gaza picu krisis kemanusiaan

Israel memberlakukan blokade darat, laut, dan udara di Gaza sejak Hamas berkuasa pada 2007. Blokade ini diperketat pada 2 Maret 2025, ketika Israel menghentikan semua pengiriman bantuan kemanusiaan dan melanjutkan ofensif militer, mengakhiri gencatan senjata dengan Hamas. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan bahwa 2,1 juta penduduk Gaza menghadapi kelaparan katastrofis akibat kekurangan makanan.

Kementerian Luar Negeri Israel mengklaim lebih dari 1.200 truk bantuan masuk ke Gaza dalam dua minggu terakhir, mendistribusikan 10 juta porsi makanan melalui Gaza Humanitarian Foundation. Namun, PBB dan kelompok bantuan menolak bekerja sama dengan sistem distribusi baru ini karena dianggap melanggar prinsip netralitas kemanusiaan. Sebelum perang, lebih dari 500 truk bantuan masuk ke Gaza setiap hari, menurut Palang Merah Inggris.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us