Greta Thunberg dan 11 Aktivis di Kapal Madleen Akan Dideportasi Israel

- Greta Thunberg dan 11 aktivis akan dideportasi oleh Israel
- Israel meremehkan bantuan kemanusiaan yang dibawa oleh para aktivis
- Kecaman dari sejumlah negara, termasuk Presiden Prancis dan Menteri Luar Negeri Indonesia
Jakarta, IDN Times - Kapal Madleen yang dibajak militer Israel telah tiba di pelabuhan wilayah Ashdod. Pasukan militer Israel (IDF) menahan kapal yang ditumpangi aktivis Greta Thunberg dan membawa bantuan kemanusian buat warga Gaza itu.
Kapal yang didampingi angkatan laut Israel itu tiba di Ashdod pada malam hari waktu setempat. Kementerian Luar Negeri Israel mengunggah foto Thunberg turun dari kapal.
Sebanyak 12 aktivis menjalani pemeriksaan medis untuk memastikan mereka dalam keadaan sehat.
1. Greta Thunberg dan aktivis lainnya akan dideportasi

Mereka akan ditahan di fasilitas penahanan di Ramle sebelum dideportasi. Para aktivis tersebut berlayar buat memprotes aktivitas militer Israel dan pembatasan masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Freedom Flotilla Coalition (FFC) yang menyelenggarakan pelayaran tersebut, mengatakan para aktivis diculik pasukan Israel saat mencoba mengirimkan bantuan yang sangat dibutuhkan.
"Kapal tersebut dinaiki secara tidak sah, awak sipilnya yang tidak bersenjata diculik dan kargo penyelamatnya - termasuk susu formula bayi, makanan, dan perlengkapan medis - disita," kata FFC dalam pernyataan, dilansir dari LBC, Selasa (10/6/2025).
Kapal tersebut disita di perairan internasional sekitar 200 kilometer. Israel disebut tidak memiliki kewenangan hukum untuk mengambil alih kapal tersebut.
Sementara itu, Kemlu Israel menyebutkan, para aktivis akan kembali ke negara asal mereka dan bantuan akan dikirim ke Gaza melalui saluran yang sudah ada.
2. Israel remehkan bantuan kemanusiaan itu

Pejabat Israel mengatakan para aktivis itu membawa kurang dari satu truk penuh bantuan.
"Ini bukan bantuan kemanusiaan. Ini aktivisme Instagram," kata juru bicara pemerintah Israel David Mencer.
Sementara itu, Israel mengeklaim telah mengirimkan lebih dari 1.200 truk penuh bantuan dalam dua minggu terakhir.
"Jadi siapa yang sebenarnya memberi makan Gaza dan siapa yang sebenarnya memberi makan ego mereka sendiri? Greta tidak membawa bantuan, dia membawa dirinya sendiri," lanjut Mencer.
3. Kecaman dari sejumlah negara

Presiden Prancis, Emmanuel Macron menyebut aksi Israel tidak bisa diterima. Ia menyerukan perlindungan konsuler bagi enam warga yang ikut dalam kapal tersebut.
Salah satunya adalah Rima Hassan, seorang anggota Parlemen Eropa berkebangsaan Prancis yang merupakan keturunan Palestina, termasuk di antara mereka yang berada di kapal tersebut. Dia dilarang memasuki Israel karena penentangannya terhadap kebijakan Israel terhadap Palestina.
Menteri Luar Negeri Sugiono juga mengecam tindakan Israel. Menurut Sugiono, tindakan tersebut jadi bukti pengabaian Israel atas hukum internasional.
"Saya mengecam keras intersepsi kapal Madleen oleh Israel di perairan internasional saat mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza. Tindakan, yang sekali lagi, menunjukkan ketidakpedulian Israel terhadap hukum internasional dan menjadi pukulan berat bagi penderitaan rakyat Gaza," kata Menlu Sugiono dalam pernyataannya.
Sugiono menyatakan, blokade Israel baik di darat dan laut, merupakan bentuk hukuman kolektif yang dapat memperburuk risiko kelaparan massal. Hal ini dinilai tidak sesuai dengan hukum internasional.