Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Jepang Tunda Lagi Uji Coba Pembuangan Puing PLTN Fukushima

Ilustrasi pembangkit listrik tenaga nuklir. (unsplash.com/Nicolas HIPPERT)
Intinya sih...
  • Operator PLTN Fukushima Daiichi menunda uji coba pengambilan puing bahan bakar nuklir cair dan struktur reaktor yang meleleh karena kesalahan pada perangkat pengambilan.
  • Pemasangan alat untuk membuang puing-puing tersebut terhenti karena pipa-pipa berada dalam urutan yang salah, sehingga pekerjaan dihentikan sebelum pukul 09:00 pagi waktu setempat.

Jakarta, IDN Times - Operator pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi, Tokyo Electric Power Company Holdings Inc (TEPCO), telah menunda uji coba pengambilan puing-puing bahan bakar yang meleleh dari salah satu reaktornya yang rusak. Puing-puing itu merupakan campuran bahan bakar nuklir cair dan bagian-bagian struktur reaktor. Diperkirakan ada total 880 ton puing seperti itu di reaktor No.1, 2, dan 3.

Pekerja TEPCO memulai persiapan untuk pengambilan sebelum pukul 07:30 pagi waktu setempat pada Kamis (22/8/2024). Akan tetapi, perusahaan segera memutuskan untuk menunda pekerjaan setelah ditemukan masalah pada pemasangan alat yang dirancang untuk membuang puing-puing tersebut.

Perangkat tersebut tampak seperti tabung sempit dan dirancang untuk didorong ke bagian dalam bejana penahan reaktor menggunakan pipa lain, dilansir NHK News.

1. TEPCO belum memutuskan langkah selanjutnya yang akan diambil ke depannya

TEPCO mengatakan para pekerja menemukan pipa-pipa berada dalam urutan yang salah, ketika alat itu mendekati pipa yang menuju ke bagian dalam bejana. Pekerjaan pun dihentikan sebelum pukul 09:00 pagi. 

Operator berencana untuk menyambungkan lima pipa, yang diberi nomor 1-5 dan masing-masing berukuran panjang 1,5 meter dan menggunakannya untuk mendorong alat pengambilan puing ke dalam bejana penahan reaktor No.2 guna mengumpulkan sampel serpihan. Akan tetapi, pipa tersebut keliru ditempatkan pada urutannya.

"Kami sekarang sedang menyelidiki mengapa terjadi kesalahan dalam urutan pemasangan pipa," kata seorang pejabat TEPCO dalam konferensi pers, seraya menambahkan bahwa upaya untuk mengekstraksi bahan bakar yang meleleh di PLTN tersebut tidak akan dilanjutkan pada Jumat, dikutip dari Kyodo News.

2. Uji coba pembuangan serpihan tersebut penting untuk Jepang

Ilustrasi bendera Jepang. (twitter.com/iaeaorg)

Uji coba ini hanya akan berupaya untuk mengambil hingga 3 gram puing bahan bakar dari unit No.2 selama sekitar dua minggu. Sementara, metode untuk membuang semua bahan bakar cair yang tersisa di reaktor No.1 dan 3 belum diputuskan. Hal ini menimbulkan tantangan besar dalam rencana penghentian operasional pabrik yang telah berlangsung selama puluhan tahun.

TEPCO berencana dapat mengambil puing-puing menggunakan perangkat teleskopik yang dilengkapi dengan alat penjepit. Perangkat tersebut dapat memanjang hingga 22 meter dan mengakses puing-puing melalui titik penetrasi di bejana penahan utama. Langkah-langkah telah diambil, guna membatasi radiasi dari reaktor yang rusak dengan sistem katup dipasang sebagai penghalang.

Menurut operator, diperkirakan butuh waktu sekitar seminggu bagi alat tersebut untuk mencapai puing-puing. Material yang terkumpul akan dibawa ke fasilitas di Prefektur Ibaraki untuk dianalisis.

Pemerintah Jepang dan TEPCO meyakini upaya tersebut sebagai langkah penting dalam proses penonaktifan karena data mengenai sifat dan kondisi puing sangat diperlukan dalam merancang metode untuk mengambil sejumlah besar puing di masa mendatang.

3. PLTN Fukushima Daiichi mengalami kehancuran akibat gempa dan tsunami 2011

Ilustrasi reaktor nuklir. (pexels.com/Pixabay)

Awalnya, TEPCO berencana untuk mulai mengambil puing-puing dari unit No.2 pada tahun 2021, namun menunda rencananya tiga kali karena pandemik virus corona dan kesulitan teknis.

Pada 11 Maret 2011, PLTN Fukushima Daiichi mengalami kehancuran akibat bencana gempa bumi dan tsunami di timur laut Jepang. Enam reaktornya dihantam gelombang tsunami setinggi lebih dari 10 meter yang dipicu oleh gempa berkekuatan 9,0 skala richter. Insiden tersebut menyebabkan sistem pendingin reaktor kehilangan pasokan listrik.

Reaktor No.1 hingga 3 mengalami kehancuran inti, sementara ledakan hidrogen merusak bangunan yang menampung unit No.1, 3, dan 4. Hal ini menjadikannya sebagai kecelakaan nuklir terburuk di dunia sejak bencana Chernobyl tahun 1986.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us