Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kanselir Austria akan Mundur, Imbas Runtuhnya Koalisi

ilustrasi (Unsplash.com/Aboodi Vesakaran)
ilustrasi (Unsplash.com/Aboodi Vesakaran)
Intinya sih...
  • Kanselir Austria Nehammer akan mengundurkan diri setelah negosiasi koalisi gagal
  • Partai Neos menarik diri dari negosiasi dengan OVP dan SPO, menyebabkan kegagalan kesepakatan
  • Nehammer menolak program yang menentang daya saing ekonomi dan berencana mundur dalam beberapa hari mendatang

Jakara, IDN Times - Kanselir Austria Karl Nehammer akan mengundurkan diri setelah pembicaraan koalisi tidak mencapai kesepakatan. Pada Sabtu (4/1/2025), partai Neos yang liberal, menarik diri dari negosiasi dengan People’s Party (OVP) milik Nehammer dan Social Democrats (SPO).

Ketiga partai mencoba membentuk pemerintahan baru tapi pembicaraan gagal untuk yang kedua kalinya. Nehammer mengatakan tidak akan melanjutkan negosiasi untuk program yang menentang daya saing ekonomi.

"Sayangnya, saya harus memberi tahu Anda hari ini bahwa negosiasi telah berakhir dan tidak akan dilanjutkan oleh OVP," kata Nehammer, dikutp VOA News.

1. Kepentingan bersama untuk menyaingi partai kanan ekstrem

Situasi politik di Austria adalah upaya partai berhaluan kiri-tengah untuk menyaingi partai kanan ekstrem yang menguat yakni Freedom Party (FPO). Partai ini disebut euroskeptis dan pro-Rusia. Tapi partai tersebut memenangkan pemilu nasional pada September lalu dengan meraih 29,2 persen suara.

Dilansir Al Jazeera, partai-partai lainnya enggan atau menolak berkoalisi dengan FPO yang dipimpin Herbert Kickl.

Nehammer kemudian memimpin untuk membentuk koalisi, tapi gagal mencapai satu pemahaman yang sama dengan Neos. Dia mengatakan bahwa ada kepentingan bersama untuk menangkal kubu kanan ekstrem, tapi pembicaraan tidak menemukan kesepakatan.

Nehammer sendiri menekankan, OVP tidak akan mendukung tindakan program apa pun yang diyakini akan merugikan ekonomi atau pajak baru.

2. SPO menyesalkan keputusan Nehammer

Pengunduran diri Nehammer direncanakan akan terjadi pada beberapa hari mendatang. Dia mengatakan bahwa kekuatan destruktif di SPO telah menguasai.

Dilansir France24, di sisi lain, pemimpin SPO Andreas Babler, menyesalkan keputusan OVP dan dia mengatakan bahwa keputusan itu bukan keputusan yang baik bagi Austria.

"Saya telah menawarkan kepada Karl Nehammer dan OVP untuk melanjutkan negosiasi dan meminta mereka untuk tidak menyerah," katanya.

Dalam penjelasannya, Babler mengatakan bahwa salah satu hambatan utama terkait dengan cara memperbaiki defisit anggaran yang ditinggalkan oleh pemerintah sebelumnya. Austria telah mengalami resesi dalam dua tahun terakhir.

3. SPO dinilai terlalu radikal

Dalam penjelasannya, Nehammer mengatakan bahwa ada poin-poin utama yang tidak disepakati dengan SPO. Dia mengatakan bahwa SPO terlalu radikal.

"Saya sangat yakin bahwa kaum radikal tidak menawarkan solusi untuk satu masalah. Oleh karena itu, kami tidak akan melanjutkan negosiasi," ujarnya, dikutip Deutsche Welle.

Meski OVP tidak mau melanjutkan negosiasi, tapi sayap pro-bisnis neoliberal partai tersebut kemungkinan mempertimbangkan koalisi dengan FPO.

Menurut Komisi Eropa, partai mana saja yang memimpin Austria berikutnya, akan menghadapi beberapa tantangan, termasuk resesi, meningkatnya pengangguran dan defisit anggaran. Wina harus menghemat sekitar 18 miliar euro (Rp300 triliun) hingga 24 miliar euro (Rp400 triliun).

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us