Austria Tawarkan Rp17 Juta untuk Pengungsi Suriah yang Mau Pulang

- Pemerintah Austria menawarkan bonus 1.000 euro kepada pengungsi Suriah yang pulang ke negaranya setelah jatuhnya rezim Assad.
- Maskapai penerbangan nasional Austria menangguhkan penerbangan ke Timur Tengah, membuat biaya perjalanan pulang pengungsi Suriah lebih tinggi dari bonus.
- Beberapa negara Eropa menghentikan pemrosesan aplikasi suaka dari warga Suriah, sementara Komisi Eropa menyatakan kondisi di Suriah belum aman untuk pemulangan.
Jakarta, IDN Times - Pemerintah Austria menawarkan bonus sebesar 1.000 euro atau sekitar Rp17 juta kepada para pengungsi Suriah yang bersedia pulang ke negaranya. Tawaran ini muncul menyusul jatuhnya rezim Presiden Bashar al-Assad pada, Minggu (8/12/2024).
Kanselir Austria Karl Nehammer telah menghentikan pemrosesan permohonan suaka dari warga Suriah. Langkah serupa juga diambil oleh belasan negara Eropa lainnya menyusul perubahan situasi politik di Suriah. Melansir Reuters, pemerintah Austria belum bisa melakukan deportasi paksa karena situasi keamanan Suriah masih belum jelas.
"Pemerintah Austria akan memberikan uang sebesar 1.000 euro kepada tiap pengungsi Suriah yang bersedia pulang ke negaranya. Warga Suriah saat ini dibutuhkan untuk membangun kembali negaranya," kata Nehammer dalam pernyataannya di platform X pada, Jumat (13/12/2024).
1. Bonus kepulangan belum cukup jangkau biaya perjalanan
Maskapai penerbangan nasional Austria, Austrian Airlines, telah menangguhkan semua penerbangan ke wilayah Timur Tengah akibat situasi keamanan yang tidak stabil. Penangguhan ini membuat besaran bonus kemungkinan tidak akan cukup menutupi biaya perjalanan pulang pengungsi Suriah.
Data dari situs Turkish Airlines menunjukkan tiket kelas ekonomi satu arah ke Beirut, Lebanon, minimal membutuhkan biaya 1.066 euro atau sekitar Rp18 juta. Kota ini biasa menjadi titik awal perjalanan darat menuju Damaskus. Jumlah tersebut sudah melebihi bonus yang ditawarkan pemerintah Austria.
Warga Suriah menjadi kelompok pencari suaka terbesar di Austria. Kebijakan ini muncul di tengah tekanan politik dari kelompok sayap kanan terhadap Nehammer terkait kebijakan imigrasi.
Kampanye di media sosial juga dilakukan untuk mendorong kepulangan sukarela pengungsi Suriah. Sementara, kebijakan deportasi akan diprioritaskan bagi pengungsi yang terlibat kriminalitas atau tidak mau berintegrasi dengan masyarakat Austria seperti dilansir The Telegraph.
2. Negara-negara Eropa hentikan proses suaka pengungsi Suriah
Beberapa negara Eropa seperti Belgia, Denmark, Jerman, dan Republik Ceko telah menghentikan pemrosesan aplikasi suaka dari warga Suriah. Sementara, Komisi Eropa menyatakan kondisi saat ini belum memenuhi syarat untuk pemulangan yang aman ke Suriah.
Menteri Dalam Negeri Jerman Nancy Faeser mengatakan pihaknya masih perlu menunggu perkembangan situasi di Suriah.
"Kita perlu menunggu beberapa hari lagi untuk melihat ke mana arah Suriah sekarang. Bagaimana situasinya? Bagaimana perlindungan minoritas? Bagaimana perlindungan rakyatnya? Setelah itu, tentu saja, bisa ada pemulangan," ujarnya.
Namun, pemimpin sayap kanan Jerman, Alice Weidel, mengatakan pengungsi yang merayakan kebebasan Suriah tidak lagi memiliki alasan untuk mengungsi, dilansir Daily Mail. Sementara, Spanyol menjadi salah satu negara Eropa yang tetap memproses aplikasi suaka Suriah karena situasi yang masih tidak pasti.
Hampir 14 ribu warga Suriah telah meminta perlindungan internasional di Eropa hingga September 2024. Angka ini menurun signifikan dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 183 ribu pemohon suaka. Tingkat penerimaan permohonan suaka tersebut hanya sekitar sepertiga dari total pengajuan.
3. Pemerintah Suriah mengajak pengungsi untuk pulang
Perdana Menteri Interim Suriah Mohamed al-Bashir mengajak semua warga Suriah yang tersebar di berbagai negara untuk kembali ke tanah air. Sekitar 6 juta warga Suriah telah mengungsi ke berbagai negara sejak pecahnya perang saudara.
"Seruan saya ditujukan kepada semua warga Suriah di luar negeri: Suriah sekarang adalah negara bebas yang telah mendapatkan kembali kebanggaan dan martabatnya. Kembalilah", ujar al-Bashir.
Al-Bashir menjanjikan kebebasan beragama bagi seluruh warga Suriah. Ia menyatakan bahwa Suriah membutuhkan warganya untuk bangkit dari kehancuran akibat konflik.
Komisariat Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) meminta dunia bersabar dan waspada dalam menangani pengungsi Suriah. Masa depan pengungsi Suriah dinilai masih bergantung pada komitmen pemimpin baru mereka dalam menjunjung tinggi hukum.