Kecaman China ke AS-Filipina: Jangan Ganggu Kepentingan Kami!

Jakarta, IDN Times - China memperingatkan kerja sama aliansi keamanan antara Amerika Serikat (AS) dengan Filipina yang semakin dalam. China menyebut kebijakan Filipina tidak seharusnya mengancam keamanan teritori Beijing.
Peringatan yang dikeluarkan pada Rabu (12/4/2023) juga mewanti-wanti agar sekutu tidak ikut campur dalam sengketa teritorial di Laut China Selatan (LCS).
Menyoal latihan militer yang digelar kedua negara baru-baru ini, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin mengatakan, latihan semacam itu seharusnya tidak menargetkan pihak ketiga mana pun dan harus berjalan kondusif bagi perdamaian dan stabilitas kawasan.
Namun, Wang tidak mengatakan bagaimana bentuk tanggapan Beijing apabila kerja sama keamanan kedua negara itu merugikan kepentingan inti negaranya.
1. AS-Filipina gelar latihan militer terbesar
AS dan Filipina pada Selasa (11/4/2023) memulai latihan militer gabungan terbesarnya sejak awal 1990-an. Latihan yang bernama Latihan Balikatan itu akan berlangsung sampai 28 April, dan melibatkan lebih dari 17.600 personel kedua negara, serta kontingen kecil dari Australia.
Menurut pejabat militer kedua negara, latihan tersebut akan memamerkan kapal perang AS, jet tempur, rudal Patriot, peluncur roket HIMARS, dan Javelin anti-tank. Mereka mengatakan latihan itu menunjukkan komitmen keduanya terhadap perdamaian dan stabilitas di kawasan Indo-Pasifik yang terbuka dan bebas.
Dilansir AP, latihan militer AS-Filipina itu merupakan unjuk gigi terbaru Washington di Asia, ketika pemerintahan Presiden AS, Joe Biden, memperkuat aliansi untuk melawan Beijing, termasuk kemungkinan konfrontasi atas Taiwan. Hal tersebut sejalan dengan upaya Manila untuk mempertahankan kepentingan teritorialnya di Laut Cina Selatan.
2. AS bakal kirim bantuan senjata ke Filipina dalam 5-10 tahun

Sementara itu, pejabat tinggi pertahanan dan diplomatik AS-Filipina sepakat untuk merampungkan peta jalan (roadmap) dalam beberapa bulan mendatang, yang mencakup pengiriman bantuan pertahanan AS ke Filipina dalam 5-10 tahun ke depan.
Kedua negara yang berbagi kekhawatiran atas China semakin asertif itu membahas pengiriman platform pertahanan prioritas, termasuk radar, drone, pesawat angkut militer, serta sistem pertahanan pesisir dan udara dalam apa yang disebut pertemuan 2+2 (two plus two) di Washington.
Menteri Luar Negeri Filipina, Enrique Manalo, mengatakan kedua pihak menggandakan komitmennya untuk memodernisasi hubungan, sebagai pengakuan atas kemitraan yang memainkan peran lebih kuat dalam melestarikan hukum internasional yang berdasarkan tatanan internasional.
3. China menolak rencana penempatan pasukan AS di Filipina

Pada kesempatan yang sama, Menteri Pertahanan dan Luar Negeri AS-Filipina juga membahas pengembangan sembilan kamp militer Filipina, di mana pasukan AS diizinkan untuk tinggal tanpa batas waktu di bawah perjanjian kerja sama pertahanan kedua negara pada 2014.
Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, mengatakan kesepakatan tersebut akan mendukung latihan gabungan dan interoperabilitas antara pasukan Washington dan Manila dalam memastikan kesiapan menghadapi krisis di masa depan.
Mengutip BBC, para analis mengatakan langkah tersebut bertujuan untuk mencegah ekspansi teritorial China lebih lanjut di LCS, sekaligus menjadi tempat untuk mengawasi pergerakan militer Beijing di sekitar Taiwan.
Meski begitu, negara rival Barat itu dengan keras menolak perjanjian yang memungkinkan pasukan AS mendirikan pangkalan militer dan pos-pos pengawasan di Filipina utara dan barat, yang berhadapan dengan LCS.