Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kedutaan Besar AS di Israel Hampir Diserang Bom Molotov

ilustrasi bendera Amerika Serikat. (unsplash.com/Brandon Mowinkel)
ilustrasi bendera Amerika Serikat. (unsplash.com/Brandon Mowinkel)
Intinya sih...
  • Joseph Neumeyer ditangkap karena mencoba menyerang kantor cabang Kedutaan AS di Tel Aviv dengan bom molotov.
  • Neumeyer tampil di Pengadilan Federal Brooklyn, dideportasi Israel ke AS, dan ditahan tanpa jaminan.
  • Neumeyer menghadapi hukuman penjara minimum lima tahun dan maksimal 20 tahun jika terbukti bersalah.

Jakarta, IDN Times - Joseph Neumeyer, pria berkewarganegaraan ganda Amerika Serikat (AS) dan Jerman berusia 28 tahun, ditangkap karena mencoba menyerang kantor cabang Kedutaan AS di Tel Aviv dengan bom molotov.

Insiden terjadi pada 19 Mei 2025 ketika Neumeyer mendekati gedung kedutaan membawa ransel berisi tiga bom molotov buatan sendiri. Pria asal Colorado ini dideportasi Israel ke AS pada Sabtu (24/5/2025) kemarin dan langsung ditahan FBI di Bandara JFK New York.

Neumeyer tampil di Pengadilan Federal Brooklyn pada Minggu (25/5/2025) dan ditahan tanpa jaminan. Dia dituntut karena mencoba menghancurkan properti pemerintah AS dan membuat ancaman pembunuhan terhadap Presiden Donald Trump melalui media sosial. 

1. Membawa ransel berisi bom molotov

Neumeyer mendekati pintu masuk karyawan Kedutaan AS di Jalan HaYarkon pada 19 Mei. Dia sempat meludahi penjaga kedutaan yang kemudian mencoba menahannya. Saat penjaga menepuk bahunya, Neumeyer berteriak dan berusaha kabur sambil meninggalkan ransel yang tercium bau alkohol menyengat.

Pelaku berhasil melarikan diri dengan berjalan kaki meski dikejar penjaga lain. Ransel yang ditinggalkan berisi tiga botol dengan kain hitam dan cairan etanol yang mudah terbakar. Tim penjinak bom segera dikirim untuk menetralkan alat berbahaya tersebut.

Polisi Israel melacak Neumeyer melalui rekaman kamera CCTV ke hotel di sekitar kedutaan. Karyawan hotel mengidentifikasi pelaku dari foto petugas dan memberikan nomor kamarnya. Ketika ditangkap, Neumeyer mengaku ranselnya memang berisi bom molotov yang menggunakan vodka.

2. Pernah mengancam akan membunuh Trump

Neumeyer berangkat dari AS ke Kanada pada Februari lalu, kemudian tiba di Israel pada 23 April.  Pria yang mengaku CEO perusahaan teknologi ini memiliki jejak digital penuh retorika anti-Amerika dan simbol Nazi.

Melansir NYT, Neumeyer pernah mengunggah ancaman untuk membunuh Trump pada Maret lalu. Sebelum serangan, Neumeyer juga menyampaikan ajakan untuk bergabung dengan aksinya melalui media sosial.   

Di akun Facebook-nya, Neumeyer juga sering mengunggah kebencian terhadap Israel dan PM Benjamin Netanyahu. Masih belum jelas bagaimana Neumeyer  bsia masuk ke Israel mengingat jejak digitalnya yang ekstrem. 

"Banyak orang seperti itu di antara kita. Orang-orang yang memiliki penyakit mental," ujar Trump menanggapi berita ini, dilansir Ynet. 

3. Terancam hukuman penjara hingga 20 tahun

Ilustrasi pengadilan. (unsplash.com/Tingey Injury Law Firm)
Ilustrasi pengadilan. (unsplash.com/Tingey Injury Law Firm)

Neumeyer kini menghadapi hukuman penjara minimum lima tahun dan maksimal 20 tahun jika terbukti bersalah. Dia juga berpotensi didenda hingga 250 ribu dolar AS atau sekitar (Rp4 miliar).

"Terdakwa ini dituduh merencanakan serangan yang menargetkan kedutaan kami di Israel, mengancam orang Amerika dan Presiden Trump. Kami tidak akan menoleransi kekerasan semacam ini dan akan menuntut terdakwa sampai batas maksimal hukum," ujar Bondi, dilansir Al Jazeera.

Direktur FBI Kash Patel menyebut perilaku Neumeyer sebagai tindakan keji yang tidak akan ditoleransi baik di dalam negeri maupun luar negeri. FBI berkomitmen bekerja sama dengan mitra internasional untuk memastikan pelaku menghadapi keadilan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us