Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kepala Babi Ditemukan di Pemakaman Muslim Pascaserangan di Sydney

ilustrasi babi (unsplash.com/Kenneth Schipper Vera)
ilustrasi babi (unsplash.com/Kenneth Schipper Vera)
Intinya sih...
  • Tokoh pengurus jenazah Muslim di Australia kecam tindakan tersebut
  • Ahmad Hraichie mengecam aksi vandalisme sebagai tindakan penuh kebencian dan tidak masuk akal.
  • Tokoh Muslim di Sydney tidak menganggap para pelaku bagian dari Islam
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Beberapa kepala babi ditemukan di sebuah pemakaman Muslim di barat daya Sydney, Australia. Aksi vandalisme ini terjadi setelah penembakan massal di Pantai Bondi pada Minggu (14/12/2025), yang menewaskan 15 orang dan melukai puluhan lainnya.

Dalam video yang beredar, kepala dan potongan tubuh babi terlihat ditinggalkan di dekat pintu masuk area pemakaman Muslim di kawasan Narellan. Polisi mengatakan, pihaknya menerima laporan terkait temuan bangkai hewan tersebut pada Senin (15/12/2025) sekitar pukul 06.00 pagi.

“Petugas mendatangi lokasi dan menemukan beberapa kepala babi di tempat kejadian. Polisi segera memulai penyelidikan atas insiden tersebut. Kepala-kepala babi tersebut kini telah diambil dan dibuang dengan cara yang semestinya,” demikian pernyataan dari pihak kepolisian.

1. Tokoh pengurus jenazah Muslim di Australia kecam tindakan tersebut

Tokoh pengurus pemakaman Muslim terkemuka di Australia, Ahmad Hraichie, mengecam aksi vandalisme di pemakaman tersebut, dengan menyebutnya sebagai tindakan yang tidak masuk akal dan penuh kebencian.

“Kepada siapa pun yang melakukan ini: Anda tidak membuktikan apa pun selain kebencian. Anda bukan solusi atas masalah apa pun — justru Anda adalah bagian dari masalah itu,” tulisnya di Instagram. Ia menambahkan bahwa tindakan tersebut hanya akan memicu kemarahan, rasa sakit hati dan perpecahan.

Dilansir dari The Guardian, Asosiasi Muslim Lebanon membeli lahan pemakaman di kompleks Gereja Anglikan St. Thomas pada 2008 untuk membantu mengatasi kekurangan tempat pemakaman.

2. Tokoh Muslim di Sydney tidak menganggap para pelaku bagian dari Islam

Serangan di Pantai Bondi, Sydney, pada Minggu menargetkan orang-orang Yahudi yang menghadiri perayaan Hanukkah. Sedikitnya 15 orang tewas, termasuk seorang anak perempuan berusia 10 tahun. Sementara itu, 25 korban luka masih dirawat di rumah sakit, dengan enam di antaranya berada dalam kondisi kritis. Usia korban berkisar antara 10 hingga 98 tahun.

Salah satu pelaku, Sajid Akram, yang berusia 50 tahun, ditembak mati oleh polisi. Putranya yang berusia 24 tahun, Naveed Akram, juga tertembak dan saat ini dalam kondisi kritis di rumah sakit.

Tokoh Muslim terkemuka di Sydney, Jamal Rifi, mengatakan bahwa komunitas mereka tidak menganggap para pelaku sebagai bagian dari Islam.

“Apa yang mereka lakukan tidak dibenarkan oleh kami sama sekali dan telah membunuh warga sipil yang tidak bersalah. Kami tahu dalam kitab kami, membunuh seorang warga sipil yang tak bersalah sama dengan membunuh seluruh umat manusia,” ujarnya, dikutip dari The Daily Mail.

3. Para pelaku disebut terinspirasi oleh kelompok ISIS

Dilansir dari Al Jazeera, polisi Australia pada Selasa (16/12/2025) mengungkapkan bahwa para pelaku terinspirasi oleh kelompok ISIL (ISIS). Polisi juga mengonfirmasi bahwa dua bendera Islamic State buatan sendiri ditemukan di dalam kendaraan mereka, bersama dengan sebuah alat peledak improvisasi.

“Indikasi awal menunjukkan serangan teroris yang terinspirasi oleh Islamic State, yang diduga dilakukan oleh seorang ayah dan anak. Ini adalah dugaan tindakan orang-orang yang bersekutu dengan organisasi teroris, bukan tindakan yang terkait dengan agama,” ujar Komisaris Polisi Federal Australia, Krissy Barrett, dalam konferensi pers.

Polisi saat ini juga menyelidiki perjalanan yang dilakukan kedua pelaku ke Filipina bulan lalu. Kelompok bersenjata yang terkait dengan ISIL diketahui beroperasi di beberapa wilayah Filipina, khususnya di bagian selatan negara tersebut. Meskipun kekuatan mereka telah berkurang secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir, kelompok-kelompok ini tetap eksis dalam bentuk sel kecil di pulau selatan Mindanao.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us

Latest in News

See More

Usai Yaqut, KPK Berpeluang Periksa Bos Maktour Fuad Hasan

17 Des 2025, 11:46 WIBNews