Korea Selatan dan Suriah Resmi Jalin Hubungan Diplomatik

Jakarta, IDN Times - Korea Selatan (Korsel) dan Suriah resmi menjalin hubungan diplomatik pada Kamis (10/4/2025). Penandatanganan kesepakatan dilakukan oleh Menteri Luar Negeri Korea Selatan Cho Tae-yul dan Menteri Luar Negeri Suriah Asaad al-Shaibani di Damaskus.
Peristiwa bersejarah ini terjadi setelah Presiden Bashar al-Assad di Suriah jatuh pada Desember 2024. Suriah kini dipimpin oleh pemerintahan transisi di bawah Presiden Ahmed Al-Sharaa yang sebelumnya memimpin pasukan anti-Assad selama perang saudara.
Langkah diplomatik ini menjadi pukulan telak bagi Korea Utara (Korut) yang selama ini menjadikan Suriah sebagai sekutu dekat. Sementara, Korsel telah menjalin hubungan diplomatik dengan semua 191 negara anggota PBB, kecuali Korea Utara.
1. Menlu Korsel kunjungi Damaskus
Menlu Cho mengunjungi Damaskus langsung untuk menandatangani kesepakatan. Sebelumnya, perwakilan Kementerian Luar Negeri Korsel telah berkunjung lebih dulu ke Suriah pada Februari.
Penandatanganan hubungan diplomatik ini telah mendapat persetujuan dari Kabinet Korsel pada Maret 2025.
"Peresmian hubungan diplomatik ini membuka bab baru kerja sama dengan Suriah, yang hubungannya dengan kami telah terputus karena kedekatannya dengan Korut," tutur Kemlu Korsel, dilansir Korea JoongAng Daily.
Suriah menjadi mitra diplomatik ke-194 Korsel termasuk entitas non-anggota PBB seperti Vatikan, Kepulauan Cook, dan Niue. Pencapaian diplomatik ini terjadi saat Korsel sendiri sedang mengalami transisi politik setelah pemakzulan Presiden Yoon Suk-yeol minggu lalu.
2. Korut kehilangan sekutu penting di Timur Tengah
Normalisasi hubungan kedua negara menjadi pukulan bagi Pyongyang yang semakin terisolasi secara internasional. Korut dan Suriah telah memiliki hubungan dekat sejak 1966.
Hubungan Korut-Suriah selama ini sangat kuat, melibatkan dukungan militer dan bantuan lainnya. Korut bahkan dilaporkan pernah membantu Suriah memasok senjata kimia dan membangun reaktor nuklir.
"Pyongyang semakin terisolasi di panggung internasional, sementara Seoul terus memperluas jangkauan diplomatiknya. Kami melihat tren ini tahun lalu dengan Kuba, dan sekarang Suriah yang keduanya sekutu lama Korut bergerak untuk terlibat dengan Korsel," kata Lee Sang-hyun, peneliti senior di Institut Sejong, dikutip NK News.
Kedutaan Besar Korut dilaporkan mengevakuasi personelnya dari Damaskus setelah pemberontak menguasai kota. Media Korut hingga kini belum mengakui penggulingan Assad dan kondisi hubungan mereka saat ini tidak jelas.
3. Korsel tawarkan bantuan untuk pemulihan Suriah

Menlu Cho menilai stabilitas Suriah sangat penting untuk perdamaian di Timur Tengah dan keamanan global. Korsel siap membantu pemulihan Suriah dari perang saudara 13 tahun melalui investasi bisnis dan bantuan kemanusiaan.
Korsel berjanji memberikan bantuan berupa obat-obatan, peralatan medis, dan beras untuk mengatasi krisis kemanusiaan di Suriah. Cho juga menyebutkan kemungkinan perusahaan Korsel berpartisipasi dalam proyek rekonstruksi Suriah ketika kondisi membaik.
"Stabilitas dan kemakmuran Suriah sangat penting, tidak hanya untuk perdamaian di Timur Tengah tetapi juga untuk keamanan global. Kami berharap kerja sama antara kedua negara berkontribusi pada pembangunan Suriah dan stabilitas kawasan," ujar Menlu Cho, dikutip dari situs Kementerian Luar Negeri Korsel.
Melansir Al Jazeera, Menlu al-Shaibani berharap Seoul mendukung pelonggaran sanksi internasional terhadap Damaskus. Sementara, Presiden Al-Sharaa juga menyambut baik hubungan diplomatik ini dan menyatakan dukungan Seoul sangat penting bagi masa depan Suriah.